Topcareer.id – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberi lampu hijau dengan mengijinkan Vaksin Zifivax digunakan di Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut Peneliti utama uji klinis fase III vaksin Zifivax Unpad dr. Rodman Tarigan mengatakan bahwa vaksin yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, Tiongkok tersebut memiliki kelebihan dibandingkan vaksin COVID-19 lainnya.
Menurutnya dari segi efikasi, vaksin Zifivax ini telah melampaui rekomendasi dari WHO, yaitu di atas 50 persen.
“Efikasi untuk orang usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, sedangkan di atas 60 tahun efikasinya 87,58 persen,” kata Rodman, Jumat (7/10/2021).
Selain itu, vaksin ini juga diklaim ampuh terhadap varian Covid-19 yang lebih berat, salah satunya varian Delta. Dimana efikasi dari vaksin Zifivax terhadap varian Delta adalah 77,47%.
Kemudian untuk efek samping yang ditimbulkan atau biasa disebut kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), diketahui bahwa vaksin Zifivax ini tidak menimbulkan KIPI yang serius.
Baca juga: WHO Sarankan Suntik Vaksin Covid Tambahan untuk Orang Gangguan Kekebalan
“Bahkan, KIPI pada vaksin ini hampir sama dengan vaksin Sinovac, yaitu nyeri di bekas suntikan, sakit kepala, kelelahan, demam, hingga nyeri otot,” tammbahnya.
Lebih lanjut, dr. Rodman mengatakan meski angka efikasinya belum bisa menyaingi vaksin dengan platform mRNA seperti Moderna atau Pfizer, namun jika dipertimbangkan dari KIPInya, vaksin yang platformnya diambil dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikan ke tubuh manusia memiliki angka KIPI yang lebih kecil.
“Kalau kita lihat vaksin Moderna itu memang tinggi, tapi KIPI-nya lumayan (tinggi) juga. Vaksin Zifivax efikasinya lebih tinggi dari Sinovac tetapi KIPI-nya tidak jauh berbeda,” jelasnya.
Melihat beberapa kelebihan ini, vaksin Zifivax diharapkan bisa digunakan sebagai vaksin primer untuk vaksinasi Covid-19, di samping untuk vaksin booster.
“Vaksin rekombinan ini memiliki tiga kali proses penyuntikan, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kekebalan tubuh lebih lama dibandingkan vaksin dengan dua kali penyuntikan. Untuk mengetahui hal tersebut, tim masih melakukan pemantauan terhadap para relawan,” pungkasnya.
Sebelumnya diketahui, uji klinis fase III vaksin Zifivax telah dilakukan di sejumlah negara, yaitu Uzbekistan, Ekuador, Pakistan, dan Tiongkok dengan angka efikasi dari setiap negara peserta uji klinis memiliki nilai yang sama, yaitu sekitar 81%.**(Feb)