TopCareerID

Studi: Orang yang Percaya Pada Teori Konspirasi COVID-19 Lebih Mungkin Terjangkit Virus

Ilustrasi. Dok/Pixabay

Topcareer.id – Orang yang percaya pada teori konspirasi COVID-19 lebih mungkin tertular virus, kehilangan pekerjaan, dan terisolasi secara sosial, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Psychological Medicine, jurnal medis peer-review oleh Cambridge University Press.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti di Belanda menemukan bahwa mereka yang percaya pada konspirasi COVID-19 cenderung tidak dites untuk COVID-19. Tetapi mereka lebih mungkin terinfeksi dan dites positif.

“Salah satu sifat dasar teori konspirasi adalah bahwa itu adalah konsekuensial: Bahkan jika teori konspirasi sangat tidak masuk akal menurut logika atau bukti ilmiah, jika tampak nyata bagi pengamat, itu memiliki dampak nyata pada sikap, emosi, dan perilaku,” penulis studi menulis.

Tim peneliti mensurvei 5.745 orang untuk memberikan sampel pengamatan yang besar dari berbagai penduduk Belanda.

Mereka menghubungi orang-orang pada April 2020 dan Desember 2020 untuk memeriksa apakah keyakinan konspirasi di awal pandemi akan memprediksi hasil kesehatan dan kesejahteraan di akhir tahun.

Para peneliti bertanya tentang empat keyakinan konspirasi COVID-19, yakni:

Peneliti menemukan bahwa kepercayaan konspirasi meramalkan peningkatan kemungkinan melanggar peraturan virus corona.

Baca juga: Teori Konspirasi, dan Cara Mengenalinya

Selain itu juga mereka mungkin memiliki masalah ekonomi seperti kehilangan pekerjaan, dan memiliki kesejahteraan keseluruhan yang lebih rendah.

Tim peneliti juga menemukan bahwa kepercayaan konspirasi memprediksi peningkatan kemungkinan hubungan sosial yang terganggu.

“Temuan ini menunjukkan bahwa keyakinan konspirasi dikaitkan dengan segudang hasil kehidupan negatif dalam jangka panjang,” tulis para peneliti.

“Keyakinan konspirasi memprediksi seberapa baik orang mengatasi tantangan pandemi global dan karenanya memiliki implikasi substansial bagi kesehatan swasta dan publik, serta kesejahteraan ekonomi dan sosial pengamat,” mereka menyimpulkan.**(Feb)

Exit mobile version