TopCareerID

Kenapa China Masih Masih Ngotot Dengan Strategi Nol Kasus COVID-19?

Topcareer.id – Di seluruh dunia, orang-orang mulai terbiasa dengan hidup berdampingan dengan COVID-19. Namun di China, kebijakan strategi nol kasus COVID masih terus berlanjut.

China adalah negara pertama yang memberlakukan pembatasan untuk memerangi pandemi ini dan itu akan jadi satu-satunya cara untuk meredakannya.

Banyak penduduk di sana yang tampaknya tidak keberatan dengan tindakan anti-virus yang ketat selama mereka tetap aman.

Hampir semua warganya merasa akan lebih baik jika pembatasan ketat di China tidak terlalu terburu-buru untuk dicabut meskipun mereka harus menunda operasional usahanya.

Tujuan China adalah untuk mencapai nol transmisi lokal.

Munculnya varian Delta yang jauh lebih sulit dikendalikan membuat China semakin ketat memberlakukan pembatasan.

Tidak ada satu infeksi pun dapat diterima
Pihak berwenang China tidak menunjukkan kecenderungan untuk mengubah pendekatan ini, bahkan ketika beberapa ilmuwan China mendesak untuk berpikir ulang.

Profesor Guan Yi, seorang ahli virus dari Universitas Hong Kong dan penasihat pemerintah, telah menyerukan peralihan dari tes asam nukleat massal ke tes antibodi massal.

Dalam sebuah wawancara dengan Phoenix TV dia mengatakan bahwa dalam jangka panjang, tidak ada kemungkinan strategi nol-Covid dapat berhasil dalam hal mencapai eliminasi total.

“Virusnya sekarang permanen,” katanya. “Sama dengan influenza, yang akan beredar pada manusia selamanya.”

Konsep hidup berdampingan dengan virus tidak akan mengejutkan orang-orang di negara lain. Namun di China, pemerintah telah melatih populasi untuk kembali ke nol kasus. Ini akan sulit.

Ditanya berapa banyak perlindungan yang mungkin ditawarkan vaksin China terhadap strain mutan virus corona, Prof Guan mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang harus dijawab oleh produsen vaksin.

Baca juga: China Sebut Laporan Tentang Asal COVID-19 yang Dilakukan AS Tak Bisa Dipercaya

Dr Haung Yanzhong, dari Dewan Hubungan Luar Negeri yang berbasis di New York, mengatakan masalah utama adalah bahwa vaksin tidak dapat mencapai apa yang diinginkan pemerintah China, ini membuat Beijing terus waspada.

“Mereka tidak yakin tentang efektivitas vaksin atau kemampuan untuk mencegah infeksi,” katanya Dr Haung kepada BBC.

“Karena sebenarnya bahkan vaksin terbaik pun tidak mampu mencegah infeksi dan strategi nol kasus menggambarkan bahwa China tidak dapat menerimanya walaupun hanya satu infeksi.” Tambahnya.

Dr Haung menambahkan bahwa pemerintah China telah terikat dalam ikatan politik dan ideologis ketika mengumumkan keberhasilannya kepada rakyatnya.

Strategi nol kasus tanpa toleransi juga merupakan bagian dari narasi resmi China untuk mengklaim keberhasilan Pemerintah atas respons pandemi di sana.

Jadi jika Pemerintah melepaskan strategi itu dan kemudian kasus meningkat secara signifikan, itu akan membuat warga China mempertanyakan kualitas Pemerintahnya.**(Feb)

Exit mobile version