Topcareer.id – Tempat kerja yang toxic atau beracun adalah lingkungan profesional yang disfungsional, penuh tekanan, dan tidak produktif.
Bos kerap kali menjadi pengganggu, atau budaya perusahaan hanya berfokus pada meraih tujuan dengan segala cara.
Mungkin juga banyak rekan kerja yang kasar dan tidak pengertian, atau memang benar-benar jahat.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa stres adalah masalah kesehatan utama di tempat kerja.
Jadi, terjebak di tempat kerja yang beracun terlalu lama tentu dapat berdampak buruk, baik secara profesional maupun pribadi.
Berikut ini ada sepuluh tanda utama yang menandakan tempat kerja kamu beracun.
Lanjutan dari bagian pertama artikel
6) Masalah komunikasi dan kurangnya transparansi
Transparansi telah menjadi kata kunci besar baru-baru ini, dan jelas memiliki alasan yang bagus.
Komunikasi dan kejujuran sangat penting bagi organisasi untuk menjaga rasa saling percaya yang diperlukan untuk lingkungan kerja yang sukses.
Ketika elemen-elemen inti ini hilang, sebuah tim beroperasi sebagai bagian-bagian terpisah daripada sebagai unit yang kohesif.
7) Tidak adanya keseimbangan kehidupan kerja
Pentingnya keseimbangan kehidupan kerja telah meningkat selama pandemi Covid-19 dan lebih penting dari sebelumnya.
Ketika nilai keseimbangan kehidupan kerja menurun, kesadaran akan keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi memburuk.
Sangat tidak dapat ditolerir bekerja di perusahaan yang mengharuskan karyawan mengorbankan kesejahteraan mereka demi pekerjaannya.
8) Semangat rendah
Meskipun semua orang pasti mengalami masa-masa kemerosotan pada waktu tertentu, tetapi perusahaan yang membiarkan mental karyawannya runtuh jelas itu tidak benar.
Semangat rendah cenderung terjadi ketika karyawan tidak merasa dihargai secara finansial atau profesional.
Bekerja di bawah kepemimpinan yang buruk, hingga menderita pelecehan di tempat kerja jelas menandakan tempat kerja yang beracun.
Baca juga: Konsentrasi Terganggu di Tempat Kerja? Begini Cara agar Fokus Kembali
9) Tidak memiliki cukup karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan tingkat kelelahan yang tinggi
Burnout biasanya merupakan gejala dari kurangnya keseimbangan kehidupan kerja.
Ini dapat terjadi ketika perusahaan menolak untuk mempekerjakan anggota baru dan malah memaksakan beban kerja ekstra pada karyawan yang sudah ada.
Skenario ini menjadi lazim selama pandemi, banyak sekali perusahaan berdalih mengalami keterpurukan keuangan akibat pandemi.
Sehingga perusahaan terpaksa tidak bisa memenuhi permintaan penambahan karyawan namun tetap memaksakan tingkat produktivitas yang sama.
Memaksa anggota tim untuk menebus pekerjaan yang harusnya dilakukan oleh lebih banyak pekerja bisa mengurangi keseimbangan kehidupan kerja mereka.
Tingkat kelelahan yang tinggi hampir selalu pasti menunjukkan lingkungan kerja yang beracun.
10) Kurangnya empati dan kasih sayang dari kepemimpinan
Pemimpin yang menunjukkan kurangnya empati atau kasih sayang biasanya juga narsisis yang mencegah mereka memprioritaskan karyawannya.
Tipe pemimpin seperti ini akan sering mengharuskan anggota tim mereka untuk menetapkan pekerjaan sebagai prioritas utama.
Ini jelas akan mengurangi kemampuan karyawan untuk mencapai keseimbangan kehidupan kerja dan mungkin mengakibatkan burnout.**(Feb)