TopCareerID

Ini Pemicu Risiko Pembekuan Darah pada Penerima Vaksin AstraZeneca

Topcareer.id – Para ilmuwan mengklaim telah menemukan “mekanisme potensial” yang memicu pembekuan darah langka pada beberapa orang setelah menerima vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca (AZ).

Hubungan antara vaksin dan pembekuan darah yang jarang terjadi namun fatal ini telah mendorong beberapa negara untuk membatasi penggunaannya.

Para ilmuwan dari Cardiff University di Inggris dan Arizona State University di AS bekerja dengan AstraZeneca untuk menyelidiki pembekuan darah yang diinduksi vaksin.

Temuan mereka diterbitkan pada hari Rabu (1/12) di jurnal Science Advances.

Studi tersebut menunjukkan bahwa vektor virus dari suntikan, ada bahan vaksin yang digunakan untuk mengangkut materi genetik virus corona ke dalam sel penerima, yang bisa menjadi penyebabnya.

Dalam vaksin AZ, vektor virus adalah adenovirus yang ditemukan pada simpanse.

Adenovirus direkayasa untuk mencocokkan protein lonjakan COVID-19 yang merupakan bagian penting dari strukturnya untuk menyerang sel manusia.

Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson juga menggunakan adenovirus untuk membawa protein lonjakan dari virus corona ke dalam sel manusia untuk memicu respons kekebalan dan juga dikaitkan dengan pembekuan darah yang langka.

Tim di balik penelitian tersebut mengatakan mereka percaya virus simpanse yang digunakan dalam vaksin AZ memiliki interaksi spesifik yang dapat mendorong pertahanan tubuh untuk bertindak melawan dirinya sendiri.

Baca juga: Studi: Obat Antibodi AstraZeneca Beri Perlindungan 83% selama 6 Bulan

Menurut penelitian, vektor virus dalam vaksin AZ memasuki aliran darah di mana ia dapat mengikat protein yang disebut faktor trombosit 4 (PF4).

Setelah vektor virus terikat pada protein, sistem kekebalan memandangnya sebagai benda asing, kata penulis penelitian.
“Kekebalan yang salah tempat” dapat memicu pelepasan antibodi terhadap PF4.

Hal itu kemudian mengikat dan mengaktifkan sel-sel yang membantu pembekuan darah, ini menyebabkan sel-sel berkumpul dan menghasilkan gumpalan darah.

Penulis penelitian menekankan bahwa fenomena tersebut terjadi hanya pada “sejumlah kecil orang” dan tetap merekomendasikan vaksin yang memiliki manfaat lebih besar.**(Feb)

Exit mobile version