TopCareerID

Tingkat Stres Karyawan jadi Penyebab Tingginya Turnover di Perusahaan

Topcareer.id – Salah satu yang menyebabkan tingginya turnover di sebuah perusahaan adalah tingkat stres yang dialami karyawan.

Terlepas dari kurangnya perencanaan dan bantuan karier, Hal ini bisa dipicu oleh ketiadaan alat dan sumber daya yang tepat, ditambah kesulitan dalam menjaga keseimbangan kehidupan kerja. Survei Mercer Indonesia menilai ini adalah hal-hal yang paling membutuhkan perhatian pengusaha di Indonesia.

35% karyawan melaporkan bahwa banyak waktu dan usaha terbuang sia-sia untuk pekerjaan yang berlebihan, dokumen yang tidak perlu, atau pekerjaan berkualitas buruk yang harus diulang.

Selain itu, 3 dari 10 menunjukkan bahwa mereka belum menerima pelatihan yang relevan untuk berkinerja baik di tempat kerja, sementara 23% merasa bahwa pekerjaan tidak terorganisir dengan baik dan mereka tidak memiliki alat dan sumber daya yang tepat untuk melakukan pekerjaan mereka dengan benar.

Tak heran, banyak karyawan melaporkan merasa terlalu banyak bekerja dan terbebani oleh tanggung jawab terkait pekerjaan mereka di lingkungan bisnis yang kompleks saat ini.

Satu dari empat karyawan juga menyoroti bahwa jumlah pekerjaan yang diharapkan dari mereka tidak masuk akal.

Mengomentari temuan ini, Isdar Marwan, Director of Career Services Mercer di Indonesia, menambahkan: “Sangat penting untuk memberikan suara kepada karyawan, sekarang lebih dari sebelumnya. Pandemi mendorong banyak karyawan untuk memikirkan kembali apa yang mereka hargai dalam hidup dan pekerjaan mereka, dan pengusaha perlu mendengarkan.”

“Mereka perlu benar-benar terhubung dengan beragam aspirasi karyawan dan menerjemahkan umpan balik ke dalam tindakan yang berarti. Kesejahteraan, transformasi digital untuk efisiensi dan pelatihan ulang untuk kemajuan karier yang lebih baik, perlu menjadi agenda utama pengusaha.”

Tak melulu negatif, hasil survei yang dilakukan Mercer Indonesia juga telah mengidentifikasi tiga bidang di mana pimpinan perusahaan telah melakukan hal yang benar dan diimbau untuk terus melakukan lebih banyak.

Lebih dari 80% karyawan yang disurvei mengatakan bahwa mereka diperlakukan dengan hormat dan dihargai di tempat kerja. Mereka didorong untuk inovatif dalam pekerjaan mereka, dengan otonomi yang cukup untuk mencoba cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.

Dalam hal prioritas dan harapan, hampir sembilan dari 10 karyawan melaporkan memahami bagaimana pekerjaan mereka berkontribusi pada tujuan perusahaan, dan bagaimana mereka dimintai pertanggungjawaban untuk memberikan apa yang telah mereka janjikan.

Empat dari lima karyawan berpikir bahwa mereka didukung, dimotivasi, dan didorong oleh hubungan emosional yang erat di tempat kerja. Mereka juga dapat mempercayai manajer langsung mereka dan bahwa mereka diakui atas kontribusi mereka.

Ini adalah faktor-faktor yang telah membantu mereka membangun semangat kerja sama dan kerja tim yang kuat di dalam organisasi tempat mereka bekerja.

“Memahami pengalaman karyawan memerlukan pendekatan holistik untuk mengelola harapan, lingkungan, dan peristiwa yang membentuk perjalanan karyawan dengan organisasi,” ujar Mr. Marwan.

“Alat digital seperti survei denyut nadi atau kelompok fokus digital dapat diatur lebih teratur untuk melihat pola dan mengidentifikasi area prioritas bagi pemberi kerja, untuk mengambil tindakan yang ditargetkan dan diinformasikan yang sesuai dengan karyawan mereka. Melakukan hal ini dengan baik meletakkan dasar untuk membangun tenaga kerja yang tangguh dan terlibat,” ujarnya.

Exit mobile version