Topcareer.id – Ars-Vita Alamsyah, perempuan yang mampu mewujdukan mimpinya bekerja di bidang teknologi pada perusahaan sekelas Space X, perusahaan luar angkasa milik Elon Musk. Pencapaiannya tentu bukan kerja satu malam. Ada tantangan yang harus dihadapi, apalagi sebagai pekerja perempuan di bidang ini.
Ars-Vita yang kini bekerja sebagai Supply Chain Reliability Engineer II di Space X berbagi cerita kepada Topcareer.id bahwa salah satu tantangan yang dihadapi pekerja perempuan yang terjun di bidang teknologi, yakni meyakinkan dan membuktikan bahwa perempuan bisa memberikan hasil yang sebanding atau bahkan lebih dari rekan kerja laki-laki.
Lantas apa kuncinya agar pekerja perempuan bisa sukses berkarier di bidang teknologi seperti Ars-Vita?
“Jadi memiliki kepercayaan diri yang besar pada diri kita sendiri adalah kunci untuk berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik,” jawab perempuan yang pernah magang di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dalam wawancara tertulis oleh Topcareer.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, untuk melakukan hal itu, pekerja perempuan harus sepenuhnya memahami lingkup pekerjaannya dan juga memahami dengan siapa kita berinteraksi.
Baca juga: Rata-Rata Gaji Buruh Se-Indonesia Rp2,89 Juta Per Bulan, Ini Sektor Paling Tinggi
Hal itu bukanlah usaha yang hanya satu malam jadi dengan membalikkan kepercayaan diri, tapi lebih seperti proses yang harus diiterasi seiring berjalannya waktu.
Ars-Vita juga berbagi tips kepada perempuan lainnya yang ingin bekerja di perusahaan bidang teknologi seperti Space X milik Elon Musk.
Tipsnya yang paling Vita tekankan, resiliensi dan persistensi di mana salah dua dari beberapa kunci untuk terus mengembangkan diri di bidang apapun yang disukai.
“Sehingga ketika ada rintangan baik dari luar maupun dalam diri kita, kita bisa beristirahat sejenak untuk melihat gambaran besarnya, dan melanjutkan lagi usaha yang kita ingin tuju,” ujar Vita yang sudah bekerja di Space-X sejak Agustus 2021 lalu.
Ketika ditanya tentang inklusivitas kerja, Ars-Vita menjawab bahwa inklusivitas merupakan pendukung produktifitas bekerja. Semakin beragam anggota tim kita bekerja, semakin kaya solusi alternatif yang bisa didiskusikan.
“Namun inklusivitas bukan segalanya, dan yang paling penting adalah keterampilan atau solusi apa yang bisa kita tawarkan kepada tim kita,” tegas Ars-Vita.