Topcareer.id – Monosodium glutamate (MSG) sering digunakan untuk menambah kenikmatan pada makanan. Tapi, MSG juga yang akhirnya banyak dijauhkan karena memiliki stigma buruk soal kesehatan.
Kepala petugas medis Northeast Medical Group Kelvin Goh menduga bahwa “banyak gejala” yang dikeluhkan orang, termasuk rasa haus, “menimbulkan zat lain” dalam makanan yang cenderung diproses dan berminyak – seperti lemak.
“Garam bisa menjadi faktor penyumbang utama. Biasanya makanan yang mengandung MSG juga memiliki kandungan garam dan aditif yang tinggi,” kata dia, dikutip dari laman Channel News Asia.
Dr Goh mengatakan, beberapa pasien memang menunjukkan tanda-tanda apa yang disebut sindrom MSG.
Pada 1990-an, sebuah studi Administrasi Makanan dan Obat-obatan (FDA) AS mengarah ini terjadi pada subkelompok pasien “sangat kecil”, dan “biasanya dalam dosis sangat tinggi tiga gram”, atau tiga perempat sendok teh MSG, catat dokter.
Baca juga: Manfaat Mengejutkan Dari Mengunyah Permen Karet
Namun, tidak ada yang akan rutin mengonsumsi 3 gram MSG. Itu seperti mengambil enam bungkus mie instan senilai MSG sekaligus.
Untuk individu yang sensitif terhadap MSG atau yang menyebabkan sesak napas atau serangan asma, ia menyarankan untuk menghindari bahan tersebut.
Sedangkan untuk rambut rontok, dia mengatakan “tidak ada bukti kuat” tentang hubungan sebab akibat dengan konsumsi MSG. Juga tidak ada bukti yang menghubungkan MSG dengan kanker, tambahnya, mencatat terjadinya glutamat secara alami dalam berbagai makanan.