Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Saturday, April 20, 2024
redaksi@topcareer.id
Covid-19Lifestyle

Puasa Bisa Hindari Rawat Inap Akibat Covid-19, Ini Penjelasannya

BahagiaBahagia

Topcareer.id – Tahukah kamu? Aktivitas puasa mungkin bisa menjadi tiket untuk menghindari rawat inap COVID-19, sebuah studi baru menunjukkan.

Para peneliti di Intermountain Healthcare, Utah, menemukan bahwa orang yang telah mempraktikkan puasa, dalam hal ini adalah Puasa Intermiten selama beberapa dekade, lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami komplikasi parah akibat infeksi COVID-19.

“Puasa intermiten telah terbukti menurunkan peradangan dan meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Dalam penelitian ini, kami menemukan manfaat tambahan dalam memerangi infeksi COVID-19 pada pasien yang telah berpuasa selama beberapa dekade,” kata penulis utama Benjamin. Horne, direktur epidemiologi kardiovaskular dan genetik di Intermountain.

Para peneliti mengumpulkan data dari pendaftaran sukarela di pusat kesehatan. Mereka mengidentifikasi 205 pasien yang dites positif terkena virus antara Maret 2020 dan Februari 2021, sebelum vaksin tersedia. 73 dari mereka tercatat berpuasa setidaknya sebulan sekali.

Para peneliti melaporkan, total rawat inap dan/atau kematian pada orang yang berpuasa adalah 11%. Ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa, yang memiliki persentase sebanyak 29%.

Puasa Intermiten sendiri adalah puasa yang dilakukan dengan sama sekali tidak makan selama jangka waktu tertentu, atau sekedar mengurangi kalori yang masuk. Tiga metode yang paling sering digunakan dalam puasa ini, antara lain:

  • Metode 16/8 di mana kamu tidak diperbolehkan makan selama 16 jam sehari
  • Puasa 24 jam sehari, biasanya dilakukan dua kali seminggu.
  • serta Pola makan 5-2, di mana dalam dua hari yang tidak beraturan dalam 1 minggu, kamu tidak boleh makan lebih dari 500-600 kalori sehari. Sementara di 5 hari lainnya, kamu bisa makan seperti biasa.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Booster Bakal Jadi Syarat Berbagai Kegiatan

Sayangnya, belum diketahui alasan pasti mengapa puasa intermiten dikaitkan dengan hasil COVID-19 yang lebih baik. Meski masih diperlukan lebih banyak penelitian, mereka berteori bahwa puasa dapat mengurangi peradangan, sementara hiper-inflamasi dikaitkan dengan diagnosis COVID-19 yang buruk.

Juga, setelah belasan jam berpuasa, tubuh mengubah cara memproses gula darah, beralih dari glukosa menjadi keton, termasuk asam linoleat, kata para peneliti.

“Ada kantong di permukaan SARS-CoV-2 yang cocok dengan asam linoleat – dan dapat membuat virus kurang mampu menempel pada sel lain,” kata Horne dalam rilis berita Intermountain.

Horne menambahkan, puasa intermiten juga bermanfaat bagi proses tubuh alami yang disebut autophagy, yang merupakan sistem daur ulang yang “membantu tubuh menghancurkan dan mendaur ulang sel yang rusak dan terinfeksi.”

Ingat, ditekankan langsung oleh penulis studi, para peserta telah mempraktikkan puasa intermiten selama beberapa dekade. Jadi bagi kamu yang berencana untuk mencoba gaya diet ini, harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, terutama jika sudah lanjut usia, hamil atau memiliki kondisi seperti diabetes, penyakit jantung dan penyakit ginjal.

Horne menegaskan, puasa tidak boleh dilihat sebagai alternatif untuk vaksinasi COVID-19, tetapi mungkin sebagai pendekatan pelengkap untuk vaksin dan terapi antivirus, guna mengurangi keparahan COVID-19.

Studi ini diterbitkan baru-baru ini di BMJ Nutrition, Prevention and Health.

the authorFeby Ferdian

Leave a Reply