Topcareer.id – Dalam rangka net zero emission, pemerintah menyatakan bahwa potensi investasi hijau di Indonesia sangat besar dan bervariasi. Berdasarkan survei tahun 2022, 65 persen responden Indonesia tertarik pada investasi hijau.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti, pembangunan rendah karbon diestimasikan dapat memacu Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 6% dan membuka peluang kerja baru 15.3% pada 2045.
“Berdasarkan survei KIC tahun 2022, 65% responden Indonesia tertarik pada Investasi Hijau. Ini tahapan yang bagus, karena sebagai perwujudan komitmen keberlanjutan sebagaimana konsep green finance, yang bertujuan mendorong pembiayaan usaha yang ramah lingkungan dan penggunaan energi bersih,” kata Deputi Nani, dikutip dari siaran pers, Senin (18/7/2022).
Deputi Nani memaparkan, dengan banyaknya peminat ini, perlu terlebih dahulu dipahami peraturan yang mendorong Investasi Hijau itu sendiri di antaranya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pendorong praktik keuangan berkelanjutan.
Dan juga, lanjut dia, Taksonomi Hijau Indonesia (THI) yang disusun untuk memudahkan lembaga jasa keuangan (LJK) dalam menilai aktivitas ekonomi debitur terkait mitigasi perubahan iklim.
“Indonesia sendiri memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar, baik dari sektor energi, agrikultur, dan perikanan. Hal ini tentunya dapat menjadi peluang tersendiri dalam Investasi Hijau,” ujarnya.
Baca juga: Ini Langkah Kemnaker Atasi Kesenjangan Teknologi Digital Di Pedesaan
Adapun program investasi hijau itu sendiri yakni Energi Baru Terbarukan (EBT), Landscape Berkelanjutan, Kendaraan Listrik, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Green Industrial Park, dan Perikanan Berkelanjutan.
“Utilisasi sumber energi terbarukan baru mencapai 2.5% dari total potensi EBT Indonesia yang besar dan tersebar merata di seluruh wilayah. Selain itu, Indonesia berkomitmen mengembangkan pembangkit Listrik Energi Terbarukan 2021-2030 – RUPTL Hijau dengan penambahan pembangkit listrik tenaga terbarukan ditargetkan mencapai sekitar 21 GW,” jelas dia.
Sementara untuk potensi landscape berkelanjutan itu seperti Mangrove-Lamun, di mana potensi karbon dari mangrove dan lamun di Indonesia dapat mencapai 3.4 Miliar ton karbon, serta hutan di mana luas kawasan hutan di Indonesia 120.783.631 ha atau 63% dari luas daratan.
Sedangkan untuk kendaraan listrik, yakni ditargetkan jumlah Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) mencapai 15 juta unit pada 2030, dengan terdiri dari 13 juta unit (roda 2) dan 2 juta unit (roda 4).
“Kemudian KEK Green Industrial Park itu seperti di Kalimantan Utara (Kaltara), dan Perikanan berkelanjutan, yakni potensi ekonomi biru di Indonesia di mana komitmen kita untuk menjaga keseimbangan ekologi dan ekosistem laut dan pesisir serta sumber dayanya serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” papar Deputi Nani.