TopCareerID

Centaurus, Varian Baru COVID-19, Seberapa Bahaya?

Ilustrasi penyakit dapat menyebabkan pandemi. Dok/Pixabay

Topcareer.id – Pakar virologi telah menyuarakan keprihatinan tentang munculnya varian Omicron baru yakni BA.2.75 yang dijuluki sebagai “Centaurus” dan telah menyebar cepat di India serta telah tiba di Inggris.

Centaurus pertama kali terdeteksi di India pada awal Mei 2022. BA.2.75 juga telah terdeteksi di sekitar 10 negara lain, termasuk Inggris, AS, Australia, Jerman dan Kanada.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) menetapkannya sebagai “varian dalam pemantauan” pada 7 Juli 2022.

Ini berarti ada beberapa indikasi bahwa Centaurus bisa lebih menular atau terkait dengan penyakit yang lebih parah, tetapi buktinya masih lemah atau belum cukup.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memantau dengan cermat varian baru tersebut, meskipun kepala ilmuwannya, Dr Soumya Swaminathan mengatakan belum ada cukup sampel untuk menilai tingkat keparahannya.

Selain pertumbuhannya yang cepat dan penyebaran geografis yang luas, para virolog telah diperingatkan oleh banyaknya mutasi ekstra yang terkandung dalam BA.2.75.

“Ini bisa berarti bahwa Centaurus memiliki kesempatan untuk mengembangkan kelebihannya dibandingkan garis keturunan virus yang sudah lebih dulu sukses menyebar, kata Dr Stephen Griffin, ahli virologi di University of Leeds.

“Ini bukan mutasi yang tepat, lebih pada jumlah/kombinasinya,” kata Dr Tom Peacock, seorang virolog di Imperial College London, yang pertama kali mengidentifikasi Omicron pada November 2021.

Pertumbuhannya di India menunjukkan kemungkinan akan menjadi masalah di sana.

Baca juga: Menkes: Subvarian BA.4 dan BA.5 Bisa Tembus Perlindungan Vaksinasi

Griffin mengutipnya sebagai contoh lain dari kapasitas mengesankan virus untuk mentolerir perubahan protein lonjakannya, bagian yang digunakannya untuk menginfeksi sel, dan yang menjadi dasar sebagian besar vaksin Covid.

Selain vaksin, rencana jangka panjang harus mencakup langkah-langkah varian-agnostik untuk mencegah infeksi dan infeksi ulang.

“Ini termasuk menciptakan lingkungan yang tahan terhadap infeksi melalui peningkatan ventilasi, filtrasi, atau sterilisasi udara dalam ruangan, dan periode isolasi yang sesuai akan mengurangi penularan yang sedang berlangsung.” Tuturnya.**(Feb)

Exit mobile version