Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Thursday, April 25, 2024
redaksi@topcareer.id
Tren

Pengabdi Setan 2: Communion: Sebuah Pesan Tersirat atau Hanya Pelengkap Belaka?

Joko Anwar juga terlihat ingin melengkapi apa yang tidak ada di Pengabdi Setan pertamanya. Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra memiliki latar belakang cerita dan pesan religi Islam yang kuat. Karakter ahli agama (ustadz) berperan penting di Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra. Sedangkan pada Pengabdi Setan versi Joko Anwar yang pertama, sosok ini tidak begitu menonjol.

Di sekuelnya, kekurangan itu lantas dibayar oleh Joko Anwar. Keputusan penting, pemandu, dan penyelamat ada pada sosok ustadz.

Ustadz Mahmud menjadi juru kunci dalam Pengabdi Setan 2: Communion. Ia selalu bersabda untuk percaya kepada Allah karena jika orang-orang takut kepada-Nya maka setan takkan berani menampakkan diri kepada penghuni rusun. Berbeda dengan film pertama yang hanya terpaku pada kepercayaan 40 hari setelah kematian, arwah mayat masih menduduki tempat tinggalnya dan adegan tahlilan di skenario awal film.

Orang tua yang kasar dan kaku, serta lingkungan menengah kebawah yang rawan dalam film, seakan mencerminkan perasaan serta kehidupan masa kecil dan remaja Joko Anwar yang tumbuh di era orde baru.

Joko Anwar tetap mempertahankan Pengabdi Setan dengan ciri khasnya ketimbang mengadopsi latar belakang cerita dan keluarga dari Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra.

Namun, dengan adanya karakter ustadz Mahmud yang menonjol, Pengabdi Setan 2: Communion pun kini terkesan menjadi sedikit bergeser menjadi film horor dengan nilai-nilai Islami.

Karakter ustadz Mahmud yang menonjol dapat terjadi karena beberapa faktor. Yang pertama adalah permintaan pasar. Mengingat Indonesia adalah negara dengan penganut Islam terbesar di dunia (237,53 juta jiwa) dengan tingkat religius yang tinggi (80 – 99%), membuat film bertema religi dan memiliki unsur nilai-nilai Islami memiliki pangsa pasar yang sangat besar.

Jika ditayangkan di festival film mancanegara berskala internasional dan layar bioskop mancanegara, Pengabdi Setan 2: Communion akan memiliki nilai keunikannya sendiri dalam memberikan pengalaman horor-religi yang tak hanya bermodal jumpscare murahan, yang sudah banyak diproduksi dan tayang di berbagai platform streaming dan layar lebar.

Kemungkinan yang kedua adalah Joko Anwar dan Gope T. Samtani, selaku produser eksekutif, menginginkan elemen yang ada di Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra dimasukkan dalam Pengabdi Setan 2: Communion.

Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra adalah versi pertama Pengabdi Setan yang memiliki ciri khas tersendiri dari Sisworo Gautama Putra, yang memelopori memasukan elemen Islami ke dalam sebuah film horor. Ini lantas menciptakan tren film horor di tahun 1980an.

Film horor yang diproduksi oleh Sisworo Gautama Putra pada masa itu memang penuh dengan unsur gore dan mitos Islam-Jawa serta karakter ustadz seperti yang ada di film Sundel Bolong (Sisworo Gautama Putra, 1981) dan Malam Satu Suro (Sisworo Gautama Putra, 1988) yang membuat kedua film itu menjadi ikon film horor Indonesia tahun 1980 an.

Walau Pengabdi Setan versi Joko Anwar dan Pengabdi Setan versi Sisworo Gautama Putra memiliki perbedaan yang kontras dalam latar belakang ekonomi karakter utama dan konflik, Joko Anwar dapat menjaga kualitas dan mempertahankan ciri khasnya tanpa menghilangkan unsur dan ciri khas pendahulunya.

Joko Anwar juga tetap bisa mempertahankan benang merah, dan dapat mengeksekusi sebuah sekuel dengan baik, dengan membuat cerita yang fun sesuai porsi dan zamannya, sembari memanfaatkan topik agama dan politik yang selalu dibahas, serta isu feminisme yang sedang ramai dibincangkan di media sosial. 

Leave a Reply