TopCareerID

Helmi Nurjamil, Lepas ASN demi Jamur Milenial Beromzet Rp 1 Miliar

Helmi Nurjamil. Dok: Topcareer.Id/Rino Prasetyo

Helmi Nurjamil. Dok: Topcareer.Id/Rino Prasetyo

Topcareer.id – Banyak kaum milenial maupun gen Z di masa sekarang yang enggan untuk merambah ke dunia pertanian. Mereka lebih suka berkecimpung di dunia kreatif, media sosial, IT maupun bidang lainnya.

Tidak demikian dengan Helmi Nurjamil (33). Pria lulusan S1 jurusan hukum dari Universitas Padjadjaran dan S2 hukum Universitas Indonesia ini lebih memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai ASN dan banting setir menjadi petani jamur milenial.

Helmi mulai tertarik dengan pertanian jamur saat dirinya masih menjadi ASN.

Dirinya melihat agrobisnis di Indonesia mulai menurun, padahal menurutnya potensi agrobisnis di Indonesia ini sangat menjanjikan.

Ia pun mulai mencari-cari komoditi apa yang cocok dengan dirinya dan masih belum banyak pesaingnya.

Akhirnya Helmi memilih untuk menjalani agrobisnis sebagai petani jamur tiram milenial dengan nama PT Halwafarm Sinergi Indonesia atau produknya lebih dikenal di pasaran sebagai Jamur Halwa.

Jamur Halwa
Ada alasan filosofis di balik pemberian nama brand usahanya sebagai “Jamur Halwa.” Banyak orang mengira Halwa merupakan jenis jamur yang dibudidayakan olehnya.

Saat ditemui Topcareer.id Kamis (11/8) di Halwafarm, Jambu Luwuk, Ciawi, Bogor, Helmi menerangkan alasan di balik pemilihan nama Jamur Halwa.

“Halwa adalah nama anak saya, karena saya percaya ketika kita menamakan bisnis pasti kita ingin menjadi besar atau yang terbaik di kelasnya, saya percaya dengan memberikan nama anak sebagai brand bisnis ini, maka saya akan menjaga bisnis ini sepenuh hati seperti merawat anak saya.” Tuturnya pada Topcareer.id.

Helmi pun menjelaskan mengapa ia lebih memilih usaha jamur daripada usaha lainnya.

“Kenapa saya pilih ini, karena jamur tiram panennya setiap hari. Kebutuhan untuk jamur ini sendiri masih banyak. Berdasarkan data komunitas petani jamur di Jawa Barat masih minus 10 ton per hari untuk pasar tradisional saja. Saya rasa dengan demand setinggi itu, bisnis ini masih menjanjikan.” Kata Helmi.

Konsep integritas
Dalam menjalani budidaya jamur tiram, Helmi mengusung konsep integritas dari hulu ke hilir, ini merupakan konsep pertanian terpadu.

Artinya Halwafarm menjalani bisnis jamur dengan benar-benar memperhatikan mulai dari kultur jaringannya sampai ke limbahnya.

“Jangan hanya mengejar produktivitas, harus ingat di usaha jamur ada limbah, limbahnya itu limbah baglog, baglog pasti afkir, nah ketika afkir kita akan membuangnya, kalau kita tidak pikirkan ini dari sekarang maka ini bisa menjadi issue lingkungan.” Ujar Helmi.

Helmi menjelaskan di Halwafarm, limbah baglog yang gagal tidak jadi jamur telah banyak menyebabkan banyak petani besar jamur gulung tikar.

Risiko terbesar usaha jamur menurut Helmi ada pada produktivitas baglog atau pembibitan. Jika tidak memiliki alternatif untuk mengatasi limbah baglog, bisa berbahaya bagi lingkungan.

Dengan mengusung konsep integritas dari hulu ke hilir, Helmi dengan kratif menjadikan limbah baglog untuk mengembangkan usahanya dengan membudidayakan cacing tanah dengan memanfaatkan media dari limbah baglog.

Tak hanya itu, cacing yang dibudidayakan Helmi pun selain bermanfaat sebagai pakan hewan maupun umpan mancing tetapi juga bermanfaat bagi industri farmasi, dan ada juga jenis cacing yang mampu menghasilkan pupuk yang baik untuk tanaman.

Baca juga: Evita Ardianty, Sosok Kartini yang Menjabat Finance Director di PT Rekayasa Engineering

Omzet bisnis Jamur Halwa dan tips
Usaha Jamur Halwa yang dijalani Helmi sejak tahun 2020 ini penjualannya masih terbatas di area Jabodetabek karena permintaan di wilayah ini masih sangat tinggi, sementara itu untuk cacing sudah dikirim ke seluruh indonesia.

Untuk omzet perbulannya jika dihitung secara keseluruhan mulai dari jamur, cacing, sampai pupuk, omzetnya bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan.

Bagi kamu yang tertarik dengan agrobisnis budidaya jamur tiram dan ingin coba memulai usaha baik itu skala rumahan atau industri, yang pertama kali harus disiapkan bukanlah modal, tetapi mental.

“Kita enggak pernah tahu tangan kita seperti apa ketika menjalani budidaya sendiri, cocok atau enggak, kadang ada beberapa orang yang pegang budidaya jamur malah gak tumbuh jamurnya, tapi ada juga yang lebih mudah. Dengan bibit yang sama dan perlakuan yang sama, beda tangan beda hasil, jadi mental harus siap betul.” Kata Helmi membagikan tips memulai usaha jamur.

Tak lupa Helmi mengingatkan agar juga melihat kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

Jika kamu tidak mengenal apa kelebihan dan kekurangan dirimu, maka akan sulit bagi kamu untuk mulai menjalani sebuah usaha.

“Saya selalu mengajarkan ke petani pemula, satu hal yang harus kamu punya, tentukan visi dan goal kamu, sebab tanpa itu semua usaha bisa berhenti di tengah jalan, sebab yang namanya usaha akan selalu ada masalah di tengah jalan, dengan adanya visi dan goal walaupun ada masalah di tengah jalan kamu akan tetap bisa maju.” Tuturnya.**(Feb)

Exit mobile version