Topcareer.id – International Moenetery Fund (IMF) menyebut bahwa ada 20 negara, terbanyak di Afrika, akan memerlukan bantuan darurat untuk mengatasi krisis pangan global yang kini kondisinya sangat mengancam dunia.
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, berbicara pada sebuah konferensi di Arab Saudi pada Senin (3/10/2022), juga mengatakan bahwa 141 juta orang di seluruh wilayah Arab terkena kerawanan pangan.
IMF pada Jumat (30/9/2022) menyetujui pinjaman ‘food shock window’ di bawah instrumen pembiayaan darurat yang ada untuk membantu negara-negara rentan mengatasi kekurangan pangan dan biaya tinggi yang berasal dari perang Rusia di Ukraina.
Georgieva mengatakan bahwa 48 negara di seluruh dunia secara khusus terkena krisis pangan.
“Dari 48 negara, sekitar 10-20 kemungkinan akan meminta (bantuan darurat),” kata Georgieva, seraya menambahkan bahwa cukup banyak dari mereka berada di sub-Sahran Afrika.
“Kami di sini untukmu,” janjinya kepada para anggota di acara tersebut, mengutip laman Channel News Asia.
Baca juga: Menkeu Wanti-Wanti Perubahan Iklim Jadi Ancaman Global Setelah Pandemi
IMF akan menambahkan suaranya untuk memerangi pembatasan perdagangan makanan untuk meredakan situasi dan berencana untuk mendanai food shock window menggunakan alokasi Hak Penarikan Khusus (SDR) tahun lalu.
Negara-negara di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya telah melangkah untuk mendukung negara-negara yang memerangi inflasi pangan yang tinggi dan kekurangan yang diperparah oleh perkembangan geopolitik global dan meningkatnya risiko resesi global.
Georgieva mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa negara-negara Teluk Arab “berencana untuk membuat janji lebih lanjut segera” menyusul pengumuman Kelompok Koordinasi Arab baru-baru ini tentang dana awal 10 miliar dolar AS untuk meringankan krisis pasokan pangan global.
Alice Gower, Direktur Geopolitik dan Keamanan di Azure Strategy yang berbasis di London mengatakan bahwa memastikan stabilitas sosial melalui penyediaan bahan makanan dasar yang memadai, merupakan prioritas di luar perbatasan mereka yang terkena dampak langsung.
“Bahan pokok seperti gandum, beras dan lentil berisiko tidak dapat diakses oleh masyarakat miskin pangan di seluruh wilayah,” katanya.