Find Us on Facebook

Instagram Gallery

Configuration error or no pictures...

SKILLS.ID

Subscribe to Our Channel

Friday, April 19, 2024
redaksi@topcareer.id
Lifestyle

Video Game Tingkatkan Risiko OCD Pada Anak

Sumber foto: freepik.comSumber foto: freepik.com

Topcareer.id – Waktu layar yang berlebihan dari bermain video game dan menonton YouTube dapat meningkatkan risiko gangguan obsesif-kompulsif (OCD) pada anak-anak, sebuah penelitian menunjukkan.

Setiap jam yang dihabiskan untuk bermain video game meningkatkan risiko ini sebesar 13 persen, sementara streaming video dikaitkan dengan peningkatan risiko sebesar 11 persen.

Sistem OCD merupakan pikiran berulang yang tidak diinginkan atau tidak menyenangkan atau perilaku kompulsif yang hanya dapat diatasi oleh terapi perilaku dan pengobatan.

Para ilmuwan di University of California, San Francisco, merekrut 9.204 anak berusia sembilan hingga 10 tahun untuk mensurvei berapa lama mereka menghabiskan waktu bermain game dan menonton TV dan menjelaskan hasilnya kepada orang tua dua tahun kemudian.

Peneliti menemukan bahwa anak-anak menghabiskan hampir empat jam melihat layar, tidak termasuk waktu yang mereka habiskan untuk perangkat elektronik di sekolah.

Sebagai tindak lanjut, mereka mengungkapkan bahwa 405 anak telah didiagnosis menderita OCD.

Anak-anak yang menghabiskan lebih banyak waktu streaming video menunjukkan lebih banyak gejala OCD.

Sementara itu SMS, panggilan video, dan penggunaan media sosial tidak dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi.

Ini mungkin juga karena anak-anak tidak menggunakan media sosial sebanyak remaja praremaja dan remaja yang lebih tua.

Baca juga: Punya Perilaku Aneh Ini? Bisa Jadi Kamu OCD

Dr Jason Nagata, seorang dokter anak di University of California, San Francisco, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan dalam siaran pers:

‘Meskipun waktu layar dapat memiliki manfaat penting seperti pendidikan dan peningkatan sosialisasi, orang tua harus mewaspadai potensi risikonya, terutama terhadap kesehatan mental.’

‘Keluarga dapat mengembangkan rencana penggunaan media yang dapat mencakup waktu bebas layar termasuk sebelum tidur.’ Ujar Nagata menjelaskan.**(Feb)

the authorRino Prasetyo

Leave a Reply