TopCareerID

5 Tanda Bahaya Perusahaan Nggak Punya Work Life Balance (Bagian 1)

Topcareer.id – Keseimbangan kehidupan kerja saat ini merupakan hal yang banyak dicari oleh pekerja. Bahkan pekerja Generasi Z mencari pekerjaan yang memberi mereka tujuan tapi tidak mau mengorbankan keseimbangan kehidupan kerja yang sehat.

Menurut Insider, Gen Z memprioritaskan pekerjaan yang memungkinkan mereka mengejar hobi, pekerjaan sampingan, dan aktivitas di luar pekerjaan utama.

Dibanding mengajukan pertanyaan tentang komitmen perusahaan terhadap keseimbangan kehidupan kerja dalam wawancara, beberapa pencari kerja Gen Z mencari tanda bahaya tertentu untuk menentukan apakah itu prioritas bagi pemberi kerja. Berikut adalah lima tanda peringatan terbesar mereka:

1. ‘Kami menginginkan seseorang yang dapat bekerja keras dan memberikan segalanya’

Ketika salah seorang pekerja Gen Z, Jorge Alvarez bertanya kepada beberapa calon pemberi kerja tentang kebijakan keseimbangan kehidupan kerja, beberapa orang yang melakukan wawancara bersinggungan dengan kebutuhan seseorang yang dapat “bekerja keras dan memberikan segalanya.”

Jawabannya mengisyaratkan kepada Alvarez bahwa dia dan perusahaan tidak selaras dalam nilai dan harapan.

“Saya benar-benar ingin mewujudkan dan mempraktikkan mental ‘Saya bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja’,” kata Alvarez, seorang pengusaha berusia 24 tahun yang mencari peran dalam filantropi atau dampak sosial, dikutip dari Insider.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Kirim Follow Up Email Kerjaan?

2. Tim kecil dengan tanggung jawab besar

Dalam wawancara, Alvarez menanyakan tentang ukuran tim dan ruang lingkup proyek yang dikerjakan tim. Dia mengajukan pertanyaan seperti, “Siapa lagi yang ada di tim?” dan, “Bagaimana saya akan terlibat dengan mereka dalam posisi ini?” untuk menentukan tingkat dukungan.

Menurut Alvarez, tim yang lebih kecil dengan proyek besar mungkin menunjukkan beban kerja yang berat, kerja lembur, atau pekerjaan akhir pekan yang tidak ada dalam deskripsi pekerjaan yang diposting.

3. Tujuan yang tidak jelas atau berubah-ubah

Preston Jacobson, Gen Z yang bekerja di manajemen ritel, mengatakan dia mulai mencari “pertumbuhan terstruktur dan transparan” dengan setiap posisi yang dia wawancarai, karena peran terakhirnya tidak pernah memiliki metrik yang jelas untuk mengevaluasi kinerjanya.

Untuk menentukan apakah posisi tersebut memiliki indikator keberhasilan yang jelas, dia mengajukan pertanyaan tentang peluang khusus untuk perbaikan dan tujuan.

“Sekitar 50%, jawaban pewawancara akan berupa ‘berdedikasi pada bisnis’ atau ‘bekerja ekstra untuk mencapai kesuksesan,’ yang merupakan tanda bahaya bagi saya,” kata Jacobson.

Exit mobile version