Topcareer.id – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar menyampaikan bahwa ada sejumlah sumber yang berkontribusi dalam penurunan kualitas udara di Jabodetabek. Kendaraan bermotor menyumbang 44 persen, pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 34 persen.
Sementara sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran, dan lain-lain. Untuk itu, Presiden meminta mengambil Langkah tegas dalam penanganan peningkatan kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Menteri LHK lebih lanjut menyampaikan, pihaknya telah melakukan pengecekan terhadap sekitar 351 industri, termasuk PLTU dan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), dan berhasil mengidentifikasi 161 sumber pencemaran yang akan diperiksa di enam stasiun pemantauan kualitas udara.
“Jadi, misalnya di yang selalu konsisten tidak sehat, seperti di Sumur Batu dan Bantar Gebang, itu kira-kira ada 120 unit usaha, kemudian di sekitar Lubang Buaya ada 10, di Tangerang ada 7, kemudian di Tangerang Selatan ada 15 entitas, di Bogor ada 10,” kata Menteri LHK dalam siaran pers, Senin (28/8/2023).
“Yang sudah dilakukan kemarin sampai dengan tanggal 24 dan sudah dikenakan sanksi administratif, yaitu 11 entitas. Kami akan melanjutkan langkah-langkah ini untuk kira-kira empat sampai lima minggu lagi deh ke depan untuk sebanyak yang tadi saya laporkan,” ujarnya.
Siti Nurbaya melanjutkan, selain melakukan pengawasan dan penegakan hukum terhadap sumber pencemaran serta uji emisi kendaraan, pemerintah juga melakukan teknik modifikasi cuaca (TMC).
Baca juga: Polusi Udara Di Ruangan Juga Mengancam, Dosen UNAIR Berbagi Tips Antisipasi
TMC yang salah satunya dilakukan pada tanggal Minggu (27/08/2023) ini, papar Siti, membutuhkan awan dan syarat klimatologi tertentu.
“Mulai hujan kan di Bogor jam kira-kira jam 05.33 menit ya, kita KLHK mengikuti terus perkembangan-perkembangannya. Dan, dalam record-nya KLHK, setelah hujan itu pada jam 15.30 (WIB) dari angka ISPU 97 untuk PM 2,5 itu pada jam 18.30 (WIB) angkanya drop menjadi 29. Artinya, kualitas udaranya jadi baik,” papar Menteri LHK.
“Kemudian ya itu yang di Bogor, yang di Bogor Tegar Beriman, yang di Bogor Tanah Sareal, itu pada jam 16.00 (WIB) dari angka 87 itu drop angkanya menjadi angka di 13. Jadi, artinya memang seperti saya pernah bilang bahwa kalau pencemaran udara itu naik ke udara lalu berputar-putar di situ saja kan jadi susah, tapi ketika dia tercuci memang jadi baik,” jelas dia.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan uji coba TMC mikro menggunakan mist generator di Gedung Pertamina, Jalan Merdeka Timur dan secara mobile di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) – Gerbang Pemuda – Asia Afrika – Sudirman Thamrin, Jakarta.
“Ada lagi yang namanya tirai air. Tirai air itu sirkulasi air, tetapi perlu dipasang di teras-teras gedung-gedung besar yang menghadap ke ruang publik. Jadi kalau sirkulasi airnya terus kayak air mancur, tapi terus-terusan begitu ya, namanya pakai tirai begitu, itu juga akan memberikan uap air sebetulnya, sehingga itu juga bisa mempengaruhi,” ucapnya.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah dengan bersama seluruh elemen masyarakat menggalakkan penanaman pohon untuk menyerap karbondioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2) sekaligus mengurangi polusi.
“Ini sesuatu yang sangat baik, jadi sekaligus kita bersama-sama seluruh elemen masyarakat, termasuk dunia usaha, pegawai pemerintah, pemerintah, kemudian masyarakat, rumah tangga, itu kita bicara cinta lingkungan. Jadi kita menanam pohon sedapat-dapatnya, nah sehingga bisa memberikan kesejukan,” tandas dia.