Topcareer.id – Perkembangan teknologi yang berfokus pada dunia digital memengaruhi interaksi, termasuk bagi pekerja Gen z yang kesulitas berkomunikasi efektif di tempat kerja. Menurut TALKINC, Gen Z memiliki cara pandang berbeda dalam menjawab tantangan kerja dan berinteraksi.
“Di TALKINC, kami kerap menemukan komunikasi Gen Z di lingkup profesional berbicara terlalu cepat dan singkat hingga sulit mengelaborasi pemikiran mereka. Hal ini yang menghambat komunikasi yang efektif,” kata Founder dan CEO TALKINC, Erwin Parengkuan melalui siaran pers, Rabu (16/5/2024).
“Namun kita percaya, Gen Z ini adalah calon pemimpin masa depan, sehingga harus kita bantu pengembangan diri maupun profesional mereka,” ujarnya.
TALKINC lantas berbagi pandangan terhadap problematika yang dihadapi Gen Z untuk mengembangkan diri dalam menghadapi dunia karier profesional.
1. Membangun belief system
Belief system merupakan sistem kepercayaan dasar yang dijadikan sebagai acuan atau fondasi dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku. Kepercayaan tersebut sangatlah memengaruhi cara kita hidup. Kepercayaan ini terbawa pada emosi, lalu emosi berubah menjadi tindakan.
“Memiliki sistem kepercayaan yang kuat dapat memberikan landasan yang stabil untuk Gen Z membentuk identitas diri dan perilaku mereka dalam menjalani kehidupan, serta mengatasi tantangan yang muncul,” kata Ajeng Raviando psikolog sekaligus fasilitator TALKINC.
Dengan memiliki landasan kepercayaan yang stabil, kreativitas dan inovasi sumber daya manusia pun akan tercipta. Dua hal tersebut, sangat penting dimiliki oleh pekerja Gen Z di era persaingan profesional.
Baca juga: Kesalahan Besar Gen Z Manfaatin AI Saat Bikin Surat Lamaran Kerja
2. Kesadaran tentang growth mindset
Growth mindset merupakan aspek penting dalam pengembangan diri. Oleh sebab itu, generasi muda harus memahami secara mendalam mengenai aspek penting dalam membangun growth mindset.
Langkah pertama adalah dengan menumbuhkan kesadaran bahwa kemampuan dan kecerdasan bukan suatu hal yang tetap. Keduanya akan terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu dan bisa ditingkatkan melalui usaha dan pembelajaran.
Menurut Samanta Elsener, psikolog sekaligus fasilitator TALKINC, Gen Z merupakan generasi yang perlu mempraktikkan growth mindset lebih efektif karena mereka membutuhkan solusi dari permasalahan sosial yang mereka hadapi.
3. Mengasah storytelling
Storytelling tidak hanya dibutuhkan oleh pekerja Gen Z, melainkan tiap generasi. Hanya saja, gen Z yang baru memasuki dunia profesional perlu membekali diri untuk selalu bisa menarasikan ide dan gagasan lewat storytelling yang baik agar lebih mudah terkoneksi dengan orang-orang yang ada di lingkup kerjanya.
Menurut Wahyu Wiwoho, presenter sekaligus fasilitator TALKINC, melalui storytelling kita dapat secara persuasif mengajak lawan bicara, khususnya atasan, rekan kerja atau klien, untuk mendengarkan dan meyakini penuh pesan yang disampaikan.
“Gen Z itu super-kreatif dalam hal ide atau gagasan. Namun, mereka tetap memerlukan peran generasi di atasnya untuk memandunya dalam lingkup professional. Gen Z sangat bisa diandalkan di kantor karena mereka menjadi penyeimbang dalam tim, cepat dan cekatan. Bahkan bisa dibilang merekalah sekarang para eksekutor di industri, meski kemampuan storytelling-nya tak selalu sama.”