Tahun 1948, saat Belanda menyerang Yogyakarta dan wilayah Jawa Tengah lainnya, Jenderal Soedirman dan rombongannya mengarah ke Bantul. Dalam perjalanannya, mereka sesekali harus berhenti dan mencari perlindungan, akibat serangan-serangan udara yang dilancarkan militer Belanda.
Setelah sampai di Bantul sore hari, Jenderal Soedirman menyusun siasat dan mengadakan perang gerilya dalam menghadapi militer Belanda yang bersenjatakan lengkap.
Ketika memimpin pasukannya, Soedirman sedang dalam kondisi tidak sehat karena menderita tuberkulosis (TBC). Seringkali dia harus ditandu oleh anak buahnya.
Aksinya memimpin perang gerilya juga membuatnya tak luput dari pengawasan mata-mata tentara Belanda. Di 25 Desember 1948, ada seseorang yang datang ke tempatnya, dan pura-pura mengatakan hendak mencari Panglima Besar.