Rasuna lalu melanjutkan pendidikannya di Islamic College, dan dipercaya memimpin majalah sekolah Raya. Ia lalu pindah ke Medan dan menjadi pemimpin majalah Menara Putri.
Dalam tulisan-tulisannya, Rasuna mengobarkan semangat perjuangan memerdekakan Indonesia, serta menelurkan ide-ide terkait perempuan.
Di masa pendudukan Jepang, Rasuna bergabung dengan Pemuda Nippon Raya. Ia juga mengerahkan pemuda untuk masuk Gyugun, sebagai upaya mempersiapkan potensi militer. Rasuna masuk seksi perempuan di bagian logistik.
Ia lalu menjadi pemimpin organisasi perempuan Hahanokai, sebagai dukungan sosial dan kesejahteraan laskar Indonesia.
Di era republik, berdasarkan Peraturan Presiden No. 6 Tahun 1946 tentang penyempurnaan susunan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Rasuna tercatat sebagai anggota Nomor Urut 161, mewakili Sumatra.
Rasuna juga menjadi tokoh pendiri Badan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) pada 1947. BPNK adalah badan persatuan gerakan perjuangan revolusi di Sumatra Barat, di samping tentara resmi Front Pertahanan Nasional (FPN).
BPNK dipimpin oleh Sekretariat yang terdiri atas lima orang yaitu Hamka, Chatib Sulaiman, Udin, Karim Haluir, dan Rasuna Said.
Selanjutnya: Berkarier hingga akhir hayat