Maeda kemudian mempersilahkan ketiga tokoh menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan.
Namun, setibanya di Markas Gunseikan di kawasan Gambir, ketiganya mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang dilakukan. Mereka pun diminta untuk menunggu Sekutu datang terlebih dahulu.
Ketiga tokoh pun sepakat Jepang tidak bisa diharapkan lagi dan kemerdekaan harus segera dirancang secepatnya. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes akhirnya segera dikawal oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Maeda.
Di rumah Maeda, Soekarno, Hatta, dan Soebardjo menyusun naskah proklamasi. Naskah ini lalu diserahkan ke Sayuti Melik untuk diketik. Kemudian, naskah diserahkan kembali ke Soekarno untuk ditandatangani olehnya dan Hatta, seperti yang diusulkan oleh Soekarni.
Soekarno pun menyampaikan bahwa pada hari itu juga, 17 Agustus 1945, proklamasi akan dibacakan di publik di halaman rumahnya, Pegangsaan Timur 56 Jakarta, jam 10.00. Sidang itu ditutup pukul 03.00 dini hari.
Pagi harinya, Barisan Pelopor yang dipersenjatai dan lima orang ahli judo sebagai pengawal tiba pukul 09.00. Sekitar 500 orang berdiri di depan beranda rumah.
Mereka mendesak Soekarno untuk segera membacakan proklamasi, namun Bung Karno menolak membacakannya tanpa didampingi Bung Hatta.
Selanjutnya: Pembacaan Muda