AI juga dapat dianggap sebagai pendamping dan asisten yang dapat diandalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari separuh responden (57 persen) ingin menggunakan AI untuk menjalankan kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih efisien.
Hampir separuh dari mereka yang disurvei (48 persen) pun siap menggunakan chatbot AI untuk melakukan percakapan daring, bahkan 31 persen akan menggunakannya untuk membantu menemukan pasangan yang tepat di aplikasi kencan.
Survei juga menyebut 48 persen percaya bahwa hubungan manusia akan berubah karena dampak AI, jika karakter virtual mulai menggantikan pasangan di dunia nyata.
Vladislav Tushkanov, Manajer Grup Pengembangan Riset di Kaspersky mengatakan, saat ini makin banyak adopsi AI sebagai alat yang berharga, membantu orang-orang di berbagai bidang.
“Di luar aplikasi tradisional, seperti memproses dan menganalisis data, AI dipercayakan dengan peran pribadi yang lebih menarik, termasuk percintaan, pendidikan, dan pekerjaan,” kata Tushkanov.
Ia menambahkan, seiring terus berkembangnya teknologi AI, potensinya untuk mendorong inovasi dan meningkatkan pengalaman manusia menjadi semakin mendalam.
Namun, kemajuan ini juga membawa risiko yang tidak terduga dan ancaman canggih, mulai dari ketergantungan yang berlebihan, kepercayaan berlebih pada saran AI, hingga phishing yang dihasilkan AI, deepfake, dan pencurian identitas. “Inilah tantangan yang perlu kita atasi di berbagai level,” pungkasnya.