TopCareer.id – Bagi sebagian orang, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tampaknya tak hanya bisa mengambil peran pekerja, tapi juga bos. Hal ini seperti terungkap dalam studi yang dilakukan Kaspersky bertajuk “Excitement, Superstition and great Insecurity – How global Consumers engage with the Digital World.”
Berdasarkan statistik Similarweb, ChatGPT, salah satu chatbot paling populer di dunia, memperoleh 153 juta kunjungan sebulan pertama setelah dirilis November 2022, dan mencapai puncaknya pada 2 miliar kunjungan pada April 2024.
Mengutip siaran pers, Senin (19/8/2024), Kaspersky melakukan studi ini untuk mengeksplorasi tingkat kepercayaan saat ini terhadap AI, mengingat kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan. Studi ini meneliti peran AI mulai dari posisi manajemen di tempat kerja hingga membantu membuat keputusan penting dalam hidup.
Baca Juga: Belajar Bahasa Inggris Masih Penting di Era AI?
Hasilnya, responden melihat kecerdasan buatan sebagai bagian dari mereka di tempat kerja, serta seorang manajer. 34 persen pun percaya bos AI bisa jadi lebih adil daripada manusia.
Area lain tempat AI dapat berperan aktif adalah pendidikan, dengan hampir setengah responden (47 persen) memperkirakan anak-anak akan diajari melalui pengalaman virtual dan metaverse dalam waktu dekat.
Sementara, 50 persen konsumen responden percaya AI sudah menjadi bagian yang tak bisa dihindari dalam hidup mereka, dengan 43 persen punya pandangan positif terhadap potensinya, untuk menghadirkan banyak peluang menarik dan meningkatkan masa depan bagi semua orang.
Mayoritas responden survei Kaspersky pun mengakui AI memiliki kemampuan di area kreatif, dengan 62 persen percaya teknologi ini adalah produsen karya seni yang kredibel.
Selanjutnya: AI untuk membantu menemukan pasangan
AI juga dapat dianggap sebagai pendamping dan asisten yang dapat diandalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari separuh responden (57 persen) ingin menggunakan AI untuk menjalankan kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih efisien.
Hampir separuh dari mereka yang disurvei (48 persen) pun siap menggunakan chatbot AI untuk melakukan percakapan daring, bahkan 31 persen akan menggunakannya untuk membantu menemukan pasangan yang tepat di aplikasi kencan.
Survei juga menyebut 48 persen percaya bahwa hubungan manusia akan berubah karena dampak AI, jika karakter virtual mulai menggantikan pasangan di dunia nyata.
Vladislav Tushkanov, Manajer Grup Pengembangan Riset di Kaspersky mengatakan, saat ini makin banyak adopsi AI sebagai alat yang berharga, membantu orang-orang di berbagai bidang.
“Di luar aplikasi tradisional, seperti memproses dan menganalisis data, AI dipercayakan dengan peran pribadi yang lebih menarik, termasuk percintaan, pendidikan, dan pekerjaan,” kata Tushkanov.
Ia menambahkan, seiring terus berkembangnya teknologi AI, potensinya untuk mendorong inovasi dan meningkatkan pengalaman manusia menjadi semakin mendalam.
Namun, kemajuan ini juga membawa risiko yang tidak terduga dan ancaman canggih, mulai dari ketergantungan yang berlebihan, kepercayaan berlebih pada saran AI, hingga phishing yang dihasilkan AI, deepfake, dan pencurian identitas. “Inilah tantangan yang perlu kita atasi di berbagai level,” pungkasnya.