Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tuesday, September 17, 2024
idtopcareer@gmail.com
Lifestyle

Waspada Mpox, Ini Gejala dan Cara Penyebarannya

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox. (Dok/Dinkes Kalbar)Ilustrasi cacar monyet atau mpox. (Dok/Dinkes Kalbar)

TopCareer.id – Cacar monyet atau Mpox saat ini jadi penyakit yang diwaspadai oleh berbagai negara termasuk Indonesia, usai peningkatan kasus di beberapa negara Afrika. Untuk itu, penting mengetahui gejala penyakit ini.

Terbaru, Thailand pada Rabu pekan ini melaporkan satu kasus suspek dari strain baru Mpox yang dianggap lebih berbahaya.

Mengutip CNA, menurut Thongchai Keeratihattayakorn, kepala departemen pengendalian penyakit negara itu, pasien adalah warga Eropa yang tiba di Thailand pada 14 Agustus, dari negara Afrika tempat wabah berlangsung.

Pengujian masih dilakukan di laboratorium untuk mengonfirmasi strain, namun diduga ini adalah Clade 1.

Untuk Indonesia, saat ini telah dilaporkan 88 kasus konfirmasi dari 2022-2024. Kasus terakhir dilaporkan pada 4 Juni 2024. Hingga 22 Agustus 2024, seluruh kasus sudah dinyatakan sembuh.

Baca Juga: 2022-2024, Ada 88 Kasus Mpox di Indonesia

Apa Itu Mpox?

Mengutip laman Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI, Jumat (23/8/2024), Mpox atau monkeypox, adalah penyakit yang disebabkan virus monkeypox.

Awalnya, penyakit ini adalah penyakit zoonosis atau ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini juga dapat menyebar dari manusia ke manusia.

Pada 28 November 2022, WHO mengumumkan pergantian nama penyakit yang semula Monkeypox menjadi mpox, demi menghindari rasisme dan stigmasisasi.

Mpox memiliki beberapa clade (varian) yang telah teridentifikasi dan dapat menimbulkan wabah yaitu clade Ia, clade Ib, dan clade IIb. Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih berat bila dibandingkan clade II.

Namun, mode transmisi untuk clade Ib dan IIb, sebagian besar terjadi melalui kontak seksual. Berbeda dengan clade Ia, sebagian besar penularan terjadi disebabkan zoonosis.

Baca Juga: Jangan Sentuh Orang Asing Untuk Kurangi Risiko Cacar Monyet

Gejala Mpox

Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Beberapa orang mungkin akan bergejala ringan, tapi ada juga yang mengalami gejala lebih berat dan memerlukan perawatan di fasilitas kesehatan.

Mereka yang berisiko lebih tinggi untuk kondisi parah parah atau komplikasi termasuk orang-orang yang sedang hamil, anak-anak dan orang-orang dengan penyakit kekebalan tubuh.

Untuk gejala penyakit ini biasanya termasuk:

  • demam
  • sakit kepala hebat
  • nyeri otot
  • sakit punggung
  • lemas
  • pembengkakan kelenjar getah bening (di leher, ketiak atau selangkangan)
  • ruam atau lesi kulit.

Untuk ruam biasanya dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok.

Jumlah lesi pada satu orang dapat berkisar dari beberapa saja hingga ribuan. Ruam cenderung terkonsentrasi pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Ruam juga dapat ditemukan di mulut, alat kelamin, dan mata. Ruam mpox terkadang disalahartikan sebagai sifilis atau herpes.

Gejalanya biasa berlangsung antara 2-4 minggu dan biasanya sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat menyebabkan komplikasi medis dan kematian. Orang dengan penyakit penurunan kekebalan tubuh kemungkinan berisiko mengalami gejala yang lebih serius. Pengobatan bersifat menghilangkan gejala dan suportif.

Siapa pun yang memiliki gejala mpox atau yang telah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi, harus menghubungi atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dan meminta saran tenaga kesehatan.

Baca Juga: Mpox Darurat Global, Kemenkes Ungkap Strategi Pencegahan

Cara penyebaran Mpox

Beberapa cara penyebaran Mpox dari orang ke orang bisa terjadi melalui:

  • Kontak erat dengan seseorang yang memiliki ruam mpox, termasuk melalui kontak tatap muka, kulit ke kulit, mulut ke mulut atau mulut ke kulit, termasuk kontak seksual. Untuk situasi saat ini, penderita dapat menularkan sampai semua lesi mereka berkerak, keropeng telah jatuh dan lapisan kulit baru telah terbentuk di bawahnya.
  • Lingkungan dapat terkontaminasi virus monkeypox. misalnya ketika orang yang terinfeksi menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, benda, elektronik, dan permukaan.
  • Dimungkinkan juga untuk terinfeksi karena menghirup serpihan kulit atau virus dari pakaian, tempat tidur, atau handuk.
  • Bisul, lesi, atau luka di mulut dapat menular, artinya virus dapat menyebar melalui kontak langsung dengan mulut, percikan ludah/cairan hidung, dan mungkin melalui aerosol jarak pendek.
  • Virus ini juga dapat menyebar dari ibu hamil ke janin melalui kontak dari kulit ke kulit saat melahirkan, atau dari orang tua dengan mpox ke bayi atau anak selama kontak erat.
  • Meskipun infeksi tanpa gejala telah dilaporkan, tidak jelas apakah orang tanpa gejala dapat menyebarkan penyakit atau apakah dapat menyebar melalui cairan tubuh lainnya.

Sementara, Mpox dapat menular dari hewan ke manusia melalui kontak fisik dengan hewan terinfeksi.

Baca Juga: Masyarakat Wajib Waspada Penularan Mpox

Vaksin dan pengobatan Mpox

Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk smallpox telah dilakukan pengembangan dan penelitian, sehingga dapat digunakan untuk pencegahan mpox, namun ketersediaan global masih terbatas.

Beberapa negara merekomendasikan vaksinasi untuk orang yang berisiko. Hanya orang yang berisiko (misalnya seseorang yang pernah kontak dekat dengan penderita mpox) yang harus dipertimbangkan untuk divaksinasi. Vaksinasi massal tidak dianjurkan saat ini.

Sementara untuk pengobatan, selain diikuti terapi suportif dan simtomatis, saat ini sudah tersedia pengobatan berupa antivirus yang diberikan untuk pasien, setelah dikonsultasikan dengan ahli.

Mpox dapat sembuh dan gejala dapat hilang dengan sendirinya. Penting bagi siapa pun yang terinfeksi mpox untuk minum air secara cukup, makan dengan baik, dan cukup tidur. Orang yang mengisolasi diri juga harus menjaga kesehatan mentalnya.

Pasien juga harus menghindari menggaruk kulit mereka dan merawat ruam mereka, dengan membersihkan tangan mereka sebelum dan sesudah menyentuh lesi, serta menjaga kulit tetap kering dan terbuka.

Jika mereka mau tak mau berada di ruangan dengan orang lain, mereka harus menutupinya dengan pakaian atau perban sampai mereka dapat mengisolasi diri lagi. Ruam dapat dijaga kebersihannya dengan air steril atau antiseptik.

Leave a Reply