TopCareerID

Kemenkes: Vaksinasi Mpox Hanya Buat Kelompok Berisiko Tinggi

Ilustrasi vaksinasi (Pixabay)

TopCareer.id – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan vaksinasi Mpox di Indonesia hanya untuk kelompok berisiko tinggi, sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Kemenkes menyebut, kelompok berisiko tinggi ini termasuk LSL (Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki) atau pasangan seks multiple, serta individu yang kontak dengan penderita Mpox dalam dua pekan terakhir.

“Kelompok berisiko lainnya termasuk petugas laboratorium yang melakukan pemeriksaan spesimen virologi, terutama di daerah yang ada kasus Mpox, dan petugas kesehatan yang melakukan penanganan pada kasus Mpox,” kata Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine di Jakarta.

Baca Juga: 2022-2024, Ada 88 Kasus Mpox di Indonesia

Prima menambahkan, anak-anak tidak termasuk dalam kelompok sasaran vaksinasi Mpox di Indonesia.

“Namun, petugas kesehatan yang melakukan penanganan kasus Mpox akan diberikan (vaksin) untuk memberi perlindungan dari tertularnya infeksi virus Mpox,” imbuhnya, dikutip dari situs Sehat Negeriku Kemenkes, Jumat (30/8/2024).

Pemberian vaksin Mpox sendiri bersifat pencegahan. Sehingga, vaksinasi bertujuan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalisir keparahan penyakit.

“Salah satu kriteria penerima vaksin Mpox adalah individu yang pernah kontak dengan penderita Mpox (vaksinasi post exposure),” kata Prima.

Namun, ia mengimbuhkan, orang yang pernah berkontak dengan pasien belum tentu terinfeksi.

“Jadi imunisasi Mpox masih bersifat pencegahan. Sedangkan, bagi pasien yang sudah terinfeksi akan diberikan pengobatan yang sesuai,” Prima menjelaskan.

Selain itu, pemberian vaksinasi secara massal tidak direkomendasikan.

Baca Juga: Waspada Mpox, Ini Gejala dan Cara Penyebarannya

Prima lebih lanjut mengungkapkan, jenis vaksin yang digunakan di Indonesia adalah golongan Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN).

MVA-BN merupakan vaksin turunan smallpox generasi ke-3 yang bersifat non-replicating. Vaksin ini sudah mendapat rekomendasi WHO untuk digunakan saat wabah Mpox.

Vaksin Mpox memberikan perlindungan pada tingkat tertentu terhadap infeksi dan penyakit berat. Setelah vaksinasi, seseorang tetap perlu waspada karena pembentukan kekebalan butuh waktu beberapa pekan.

Bagi seseorang yang tertular Mpox setelah vaksinasi, WHO menekankan bahwa vaksin tetap melindungi terhadap penyakit berat dan kebutuhan akan rawat inap.

Hasil dari penelitian efektivitas vaksin mengindikasikan vaksinasi memberikan tingkat perlindungan yang baik terhadap Mpox.

Baca Juga: Masyarakat Wajib Waspada Penularan Mpox

Meski begitu, ketersediaan vaksin MVA-BN masih terbatas. Maka dari itu, prioritas pemberian hanya ke daerah-daerah yang telah melaporkan adanya kasus cacar monyet, di samping Bali yang akan menggelar pertemuan internasional.

“Khusus di Bali karena akan dilaksanakan pertemuan internasional (Indonesia Africa Forum pada 1-3 September 2024), di mana ada beberapa peserta dari daerah terjangkit sehingga diperlukan adanya upaya mitigasi risiko untuk mencegah penularan Mpox,” kata Prima.

Sementara untuk masyarakat umum, Mpox dapat dicegah dengan menghindari kontak fisik dengan pasien.

“Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi dan diprioritaskan bagi orang yang berisiko. Vaksin yang tersedia saat ini memang generasi ke-2 dan ke-3 dari vaksin smallpox,” pungkas Prima.

Exit mobile version