Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Friday, September 20, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

Seretnya Lapangan Kerja Formal Bikin Angka Kelas Menengah Anjlok

Ilustrasi hindari 5 kesalahan ini saat masuk kerja di minggu-minggu pertama.Ilustrasi mengembangkan skill baru dalam pekerjaan (Pexels)

TopCareer.id – Menurunnya lapangan kerja formal yang layak dinilai jadi salah satu penyebab anjloknya angka kelas menengah di Indonesia.

Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Yorga Permana menyebut tren gig economy di Indonesia memang sempat merangkak naik bersamaan dengan terciptanya pekerjaan formal baru di periode 2014-2019.

Tren gig economy dan pekerja informal ini ditandai dengan ramainya driver ojol dan e-commerce.

Dalam Diskusi Publik bertajuk “Kelas Menengah Turun” yang digelar Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Senin (9/9/2024), Yorga mengungkapkan bahwa lapangan kerja formal anjlok dan mengalami fase stagnasi pasca pandemi Covid-19.

“Ada 10 juta pekerjaan baru di sektor informal dan pekerjaan formal hanya meningkat dua juta, di angka saya satu juta, di sekitar sanalah. Berarti hanya 200 ribu sampai 400 ribu per tahun,” ungkapnya dalam diskusi yang digelar secara daring tersebut.

“Di sini masalahnya. Ketika kita bertanya mengapa kelas menengah turun, artinya memang banyak yang asalnya dari formal pindah ke informal atau banyak angkatan kerja baru yang masuk ke lapangan kerja langsung masuk ke informal karena tidak ada kerja layak di sektor formal,” kata Yorga.

Baca Juga: BPS: Kelas Menengah RI Anjlok Usai Pandemi

Lebih lanjut, kata Yorga, urgensi lapangan kerja saat ini bukan hanya untuk tujuh juta pengangguran, tapi juga untuk mengurangi pekerja informal yang mayoritas kualitas pekerjaannya belum layak.

“Ada 20 persen angkatan kerja atau 30 juta orang yang masuk kategori casual worker dan pekerja keluarga tidak dibayar, yang tidak disebut pengangguran hari ini,” Yorga menjelaskan.

“Jadi ini juga cukup mendesak adanya kerja di sektor formal, karena mereka ini tidak kita sebut pengangguran tapi sebetulnya pendapatannya jauh dari cukup. Mereka ada di kelas rentan,” imbuhnya.

Pembukaan lapangan kerja sektor formal juga sebenarnya didorong oleh peningkatan pengusaha dengan pekerja berbayar. Meski begitu, Yorga menyebut, angka mereka tercatat stagnan di tiga persen sejak 2011 atau 4,5 juta orang.

“Angka ini harus kita naikkan dorong terus, agar semakin banyak orang terserap di lapangan kerja formal, bisa digaji, ada kontrak kerja, setiap bulan ada pendapatan yang rutin,” pungkasnya.

Leave a Reply