Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Thursday, November 21, 2024
idtopcareer@gmail.com
Tren

AI Berisiko Perburuk Diskriminasi Pada Pekerja Perempuan

Ilustrasi Kementerian Kominfo siapkan berbagai pelatihan terkait AI bagi kaum perempuan - artificial intelligence (AI).Ilustrasi risiko AI (Pexels)

TopCareer.id – Dibanding laki-laki pekerja perempuan jadi yang paling terdampak kehadiran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Bukan rahasia bahwa di luar klaim meningkatkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas, AI juga mengancam sejumlah lapangan pekerjaan, khususnya yang repetitif dan bisa diotomatisasi.

Berdasarkan hasil riset IMD World Talent Ranking 2024, Arturo Bris, Direktur IMD World Competitiveness Center (WCC) memberikan tiga poin penting pengaruh AI terhadap ketersediaan lapangan kerja.

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan Masih Hadapi Sederet Tantangan

Bris menyebut, kecerdasan buatan akan mengubah lapangan kerja. Namun, belum ada penelitian jelas yang menunjukkan apakan mereka akan menambah atau mengurangi lapangan pekerjaan.

“Jika AI menghilangkan sejumlah lapangan kerja yang ada, maka pemerintah perlu memikirkan bagaimana cara untuk membuka lapangan kerja baru,” kata Bris, seperti mengutip siaran pers, Senin (23/9/2023).

Selain itu, lapangan kerja di negara maju akan jadi yang lebih terdampak AI.

Menurut data Internasional Labour Organization (ILO), AI akan mengubah atau menggantikan 5,5 persen pekerjaan di negara berpendapatan tinggi, dan hanya kurang dari 0,4 persen di negara berpendapatan rendah.

Menurut riset tersebut, pengaruh ini terkait dengan terbatasnya akses teknologi di negara-negara kurang berkembang.

Baca Juga: 37% Pekerja Perempuan RI Tempati Posisi Manajer Senior, Peringkat 10 Global

Studi juga mencatat bahwa algoritma kecerdasan buatan yang buruk juga dapat meningkatkan diskriminasi di tempat kerja.

Otomatisasi pekerjaan dengan AI akan lebih berpengaruh terhadap pekerja perempuan di negara maju (7,9 persen), ketimbang laki-laki (2,9 persen).

Sementara di negara berkembang, perempuan (2,7 persen) tetap lebih terdampak ketimbang pria (1,3 persen).

“Sehingga penggunaan AI untuk perekrutan, promosi, dan evaluasi kinerja, perlu mengevaluasi ulang soal keadilan dan akuntabilitas algoritma AI yang dipakai,” tulis Bris.

Baca Juga: Kemkominfo Siapkan Berbagai Program Pelatihan AI untuk Perempuan

Pemerintah dan pengambil kebijakan pun disarankan segera melakukan antisipasi.

Misalnya, pemerintah bisa menyiapkan pelatihan ulang tenaga kerja, serta rencana penanggulangan terhadap tingkat pengangguran dari mereka yang terdampak AI dan kaum marginal.

Pencegahan ini juga perlu dilakukan agar tak berkembang menjadi gejolak sosial dan berdampak kemampuan suatu negara untuk menarik talenta asing.

Sebab, tenaga ahli asing kurang berminat untuk masuk ke negara-negara yang memiliki masalah sosial, sehingga memilih lari ke negara lain. Kurangnya daya tarik ini ujungnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Leave a Reply