TopCareer.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara soal terjadinya deflasi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut.
Dalam keterangan persnya di Ibu Kota Nusantara (IKN), Jokowi mengatakan penyebab deflasi berurutan lima bulan ini harus benar-benar dilihat terlebih dulu.
“Coba dicek betul deflasi itu karena penurunan harga-harga barang, karena pasokannya baik, karena distribusinya baik, karena transportasi tidak ada hambatan, atau karena memang ada daya beli yang berkurang,” ujarnya, Minggu (6/10/2024), seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Baca Juga: Jokowi: Otomasi dan Gig Economy Jadi Tantangan Buka Lapangan Kerja
Namun, mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, deflasi dan inflasi sama-sama harus dikendalikan untuk menjaga stabilitas harga dan tidak merugikan berbagai pihak.
“Apapun yang namanya deflasi maupun inflasi dua-duanya harus dikendalikan sehingga harga stabil, tidak merugikan produsen, bisa petani bisa nelayan bisa UMKM bisa pabrikan, tapi juga dari sisi konsumen supaya harga juga tidak naik,” kata Jokowi.
Kepala Negara pun menegaskan, pengendalian dan keseimbangan sangatlah diperlukan.
Ia menambahkan, inflasi Indonesia year-on-year terakhir tercatat 1,8 persen yang menurutnya cukup baik. Meski begitu, Jokowi mengingatkan agar angka ini tidak terlalu rendah dan merugikan produsen.
“Kita saat ini terakhir inflasi year-on-year itu kira-kira 1,8 persen. Baik tapi jangan sampai itu terlalu rendah juga supaya produsen tidak dirugikan, supaya petani yang berproduksi tidak dirugikan,” kata Jokowi.
“Menjaga keseimbangan itu yang tidak mudah dan kita akan berusaha terus,” pungkasnya.
Baca Juga: BPS: RI Alami Deflasi 0,12 Persen September 2024
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mengungkapkan Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,12 persen bulan per bulan, pada September 2024.
“Terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta.
Dalam konferensi pers yang digelar hybrid, Selasa (1/10/2024), Amalia mengungkapkan, secara year-on-year (yoy) terjadi inflasi 1,84 persen, dan inflasi tahun kalender 0,74 persen (year-to-date/ytd).
“Deflasi pada bulan September 2024 ini terlihat lebih dalam dibandingkan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi kelima pada tahun 2024 secara bulanan,” imbuh Amalia, seperti mengutip YouTube BPS Statistics.