TopCareer.id – Viol Dhea Kharisma, peneliti Universitas Airlangga (Unair) masuk ke jajaran World Top 2% Scientist Stanford University dan Elsevier. Ini menjadi kali keduanya dia masuk ke daftar tersebut, setelah sebelumnya di 2023.
“Saya kebetulan juga tercantum dalam daftar World Top 2% Scientist di tahun 2023, jadi ini sudah kedua kalinya,” kata pria yang masuk program studi S3 MIPA, Fakultas Sains dan Teknologi Unair itu.
Menurutnya, masuk ke daftar World Top 2% Scientist 2024 bisa memperkuat self branding sebagai peneliti muda berkualitas.
Selain itu, ini menjadi motivasi bagi mahasiswa agar terus menulis karya dan mempublikasikan di jurnal bereputasi, dengan membawa nama almamater.
Baca Juga: 13 Peneliti UI Catatkan Nama di Top 2% Scientist Worldwide 2024 Stanford
Mengutip siaran pers, Selasa (8/10/2024), Viol memiliki latar belakang pendidikan S1 hingga S3 biilogi. Ia memanfaatkan jurusannya ini dengan melakukan pengembangan pendekatan riset dan menulis karya ilmiah terkait bioinformatika.
Viol juga mengungkapkan dirinya banyak bergerak untuk mengembangkan pemikiran sains kompleksitas.
Dilakukan juga kajian perspektif biologi, untuk menghasilkan solusi back to the nature atau solusi baru tanpa menghasilkan masalah baru lagi di masa depan.
“Kebanyakan karya ilmiah yang saya tulis bersama superteam mengarah ke kajian tersebut,” kata peneliti Unair ini.
“Misalnya, untuk melakukan prediksi komputasi untuk eksplorasi potensi tanaman herbal, olahan fermentasi di Indonesia, dan simulasi desain kandidat vaksin potensial,” imbuhnya.
Baca Juga: 7 Dosen UGM Masuk Top 2% World Ranking Scientist Stanford-Elsevier
Virologi saat ini tengah didalami Viol sebagai bidang riset utamanya. Ia mengatakan, tantangan yang dihadapinya sekarang adalah minimnya pengetahuan terkait virus dan peneliti di bidang virologi.
Selain itu, ia menemukan adanya eksklusivitas penggunaan laboratorium oleh kalangan tertentu, membuat kajian Virologi tidak bisa berkembang dan kurang diminati.
Menurutnya, kolaborasi penelitian berperan penting dalam pencapaiannya. Karena itu, dia kerap menggandeng kolaborator luar negeri seperti dari Jepang, Thailand, Filipina, Irak, Iran, India, Rusia, dan Amerika Serikat.
“Karena sebagai seorang peneliti, kita bukanlah superman melainkan superteam,” kata Viol.
Baca Juga: Mengajarkan Biologi Sejak Dini pada Anak
Kolaborasi sangat penting agar kita dapat mengetahui perkembangan riset sesuai bidang kita dan membuka kesempatan menjalin kerja sama berbagai negara,” ujarnya.
Salah satu faktor penting lain yang menentukan kualitas dari seorang peneliti atau ilmuwan, kata Viol, adalah karya ilmiahnya. Maka dari itu, ilmuwan atau peneliti muda harus tetap semangat dalam berkarya.
“Agar menemukan solusi baru terhadap permasalahan terkini melalui riset yang dapat meningkatkan kualitas hidup generasi penerus di masa mendatang,” pungkasnya.