TopCareerID

Hari Dokter Nasional 2024: Sejarah dan Kaitannya dengan IDI

Ilustrasi dokter

TopCareer.id – Hari ini, Kamis (24/10/2024), diperingati sebagai Hari Dokter Nasional 2024, yang juga merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ke-74.

Tema Hari Dokter Nasional 2024 adalah “Tangan yang Menyembuhkan, Hati yang Peduli.” Sementara, IDI menetapkan tema untuk hari jadi mereka yang ke-74 yaitu “Menguatkan Komitmen Membangun Masa Depan Kesehatan Indonesia.”

Mengutip kemkes.go.id, dicetuskannya Hari Dokter Nasional juga bertepatan dengan berdirinya IDI secara resmi pada 24 Oktober 1950.

IDI dinilai sebagai organisasi profesi kedokteran di mana para pemimpin dan anggotanya hanya dokter Indonesia, dan tidak ada lagi dokter asing (Belanda).

Hari Dokter Nasional juga menjadi bukti profesi dokter merupakan profesi mulia, serta menjadi sarana bagi profesi ini untuk menjaga tradisi kemuliaan.

Baca Juga: Wamenkes: Indonesia Masih Kekurangan 120 Ribu Dokter Umum

Mengutip laman resmi IDI, kehadiran mereka tidak lepas dari berubahnya perkumpulan Vereniging van Indische Artsen menjadi Vereniging Van Indonesische Genesjkundigen (VGI).

Menurut Prof. Bahder Djohan, Sekretaris VIG selama 11 tahun 1928-1938, perubahan nama ini berdasarkan landasan politik yang menjelma dari timbulnya rasa nasionalisme (dimana dokter pribumi dianggap sebagai dokter kelas dua), sehingga membuat kata “indische” menjadi “Indonesische” dalam VIG.

Dengan demikian, profesi dokter telah menimbulkan rasa kesatuan atau paling tidak meletakkan sendi-sendi persatuan.

Bahder Djohan menambahkan, “tujuan VIG ialah menyuarakan pendapat dokter, dimana pada masa itu persoalan yang pokok ialah mempersamakan kedudukan antara dokter pribumi dengan dokter Belanda dari segi kualitasnya.”

VIG kemudian menggelar kongres di Solo, di mana Bahder Djohan ditugaskan untuk membina, serta memikirkan istilah baru dalam dunia kedokteran. Saat itu telah berkumpul 3000 istilah baru dalam dunia kedokteran.

Baca Juga: Menkes Soal Dokter PPDS Bunuh Diri: Banyak Cara Bikin Tangguh Tanpa ‘Bully’

Usaha VIG lainnya adalah peningkatan gaji (upah) dokter “melayu” agar mempunyai derajat yang sama dengan dokter Belanda, yang berhasil mencapai 70 persen dari jumlah semula (50 persen).

Upaya lain adalah pemberian kesempatan dan pendidikan bagi dokter “Melayu” agar menjadi asisten dengan prioritas pertama.

Tahun 1943, di era penddudukan Jepang, VIG bubar dan diganti menjadi Jawa izi Hooko-kai. Lalu pada 30 Juli 1950, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang diketuai Dr. Abdoelrasjid dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) menyelenggarakan rapat.

Atas usul Dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan.

Panitia ini bertugas menyelenggarakan “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia” yang bertujuan untuk mendirikan suatu perkumpulan dokter warga negara Indonesia yang baru, dan merupakan wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun keluar negeri.

Baca Juga: Mengenal Profesi Dokter Okupasi yang Ngurusin Kesehatan Pekerja

Muktamar pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park, yang kemudian jadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta, pada 22 sampai 25 September 1950.

181 dokter WNI (dengan 62 di antaranya berasal dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar ini. Di sini, Dr. Sarwono Prawirohardjo (sekarang Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.

Pada 24 Oktober 1950, panitia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu, dokter Soeharto, atas nama sendiri, dan atas nama pengurus lainnya menghadap notaris, untuk memperoleh dasar hukum berdirinya perkumpulan dokter dengan nama Ikatan Dokter Indonesia.

Bendaraha IDI selama enam kali dokter Tan Eng Tie kemudian ditugaskan membeli gedung IDI di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda seharga Rp 300.000.

IDI lalu diterima menjadi anggota World Medical Association (WMA) yang menghimpun semua organisasi kedokteran di dunia, pada 1953.

Exit mobile version