TopCareer.id – Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi meminta agar Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) memberantas mafia migran.
Hal ini disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX dengan Kementerian PPMI, untuk membahas peningkatan perlindungan bagi pekerja migran Indonesia di luar negeri pada Rabu (30/10/2024).
Pertemuan ini digelar untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang kerap dihadapi para pekerja migran, termasuk isu kekerasan, eksploitasi, dan kurangnya dukungan perlindungan di negara-negara penempatan.
“Saya meminta dengan tegas untuk melakukan pemberantasan terhadap mafia migran ini karena sesuai permintaan Presiden Pak Prabowo untuk lebih memperbanyak pendapatan devisa negara,” kata Nurhadi, dikutip dari laman resmi.
Baca Juga: Kunjungi Jateng, Uni Eropa-ILO Dorong Perlindungan Awak Kapal Perikanan
Menurut politikus Fraksi Partai Nasdem itu, salah satu yang paling utama dari masalah pekerja migran adalah terkait mafia.
Selain itu, Nurhadi menyoroti Perlindungan Jaminan Sosial atau program-program lain yang ada di BPJS Ketenagakerjaan dari Pekerja Migran.
“Kalau memang belum ada tolong secepatnya melakukan koordinasi dan kerja bersama dengan BPJS Ketenagakerjaan,” kata Nurhadi.
Berdasarkan laporan Kepala BP2MI (Badan Pelindungan Pekerja Pekerja Migran Indonesia) di 2023, kontribusi pekerja migran meningkatkan devisa negara sebesar Rp 159,6 triliun.
Karena itu, Nurhadi meminta Kementerian PPPI membuat blue print untuk mengukur apa saja yang akan dilakukan dalam lima tahun ke depan.
Baca Juga: Kemnaker Kejar Target 100 Ribu Pekerja Migran ke Jepang
Melihat tingginya permintaan pekerja migran dan meningkatnya minat usia pekerja produktif untuk kerja di luar negeri, kementerian juga diminta memperhatikan pelatihan vokasi, terutama peningkatan keterampilan bahasa untuk calon pekerja migran.
Selain itu, Kementerian juga harus melakukan banyak kegiatan pelatihan vokasi ke calon pekerja migran. Menurut Nurhadi, Indonesia secara kualitatif masih kalah dengan pekerja dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
“Padahal pekerja migran Indonesia terkenal lebih gesit dan terampil tapi karena kekurangan skill bahasa terkadang ini menjadi penilaian tertentu pihak penerima kerja,” pungkas Nurhadi.