TopCareerID

Perusahaan di Jerman Jajal Kerja 4 Hari Seminggu, Hasilnya?

Ilustrasi Sebanyak 79% pengguna AI di Asia Pasifik membawa dan menggunakan alat AI generatif mereka sendiri ke tempat kerja.

Ilustrasi bekerja di depan komputer (Pexels)

TopCareer.id – Sekitar 45 perusahaan di Jerman awal tahun ini menguji coba kerja 4 hari seminggu, demi mengetahui apakah ada perubahan pada cara bekerja, serta mencari tahu dampak positif bagi pengusaha dan karyawan.

Uji coba ini diawasi ketat oleh para peneliti dari Munster University selama enam bulan. Perusahaan-perusahaan sukarelawan di sini mengizinkan karyawannya mengurangi jam kerja mereka, tanpa memotong gaji.

Uji coba kerja 4 hari seminggu di Jerman ini diprakarsai oleh konsultan manajemen di Berlin, Intraprenör, bekerja sama dengan organisasi nirlaba 4 Day Week Global (4DWG).

Dilansir DW, untuk menilai secara objektif dampak pengurangan jam kerja, para peneliti tak cuma melakukan survei dan wawancara.

Baca Juga: Daftar Negara yang Mulai Terapkan Sistem Kerja 4 Hari Seminggu

Mereka juga menganalisis sampel rambut, untuk mengukur tingkat stres, serta menggunakan pelacak kebugaran untuk mengumpulkan data fisiologis seperti detak jantung, tingkat aktivitas, dan kualitas tidur.

Menurut pimpinan studi Julia Backmann, karyawan umumnya merasa lebih baik dengan jam kerja yang lebih sedikit. Mereka juga tetap produktif seperti saat kerja lima hari sepekan, bahkan di beberapa kasus, lebih produktif.

Selain itu, peserta juga melaporkan peningkatan signifikan dalam kesehatan mental dan fisik, menunjukkan lebih sedikit gejala stres dan kelelahan. Ini terlihat dari data smartwatch yang digunakan untuk memantau stres harian.

Baca Juga: Perusahaan Ini Beralih ke 4 Hari Kerja Seminggu, 91% Pekerjanya Lebih Bahagia

Backmann juga mengatakan, dua dari tiga karyawan melaporkan lebih sedikit gangguan karena proses yang lebih optimal.

Lebih dari separuh perusahaan juga mendesain ulang rapat mereka agar lebih jarang dan singkat, sementara satu dari empat perusahaan menggunakan alat digital baru untuk meningkatkan efisiensi.

“Potensi jam kerja yang lebih pendek tampaknya terhambat oleh proses yang rumit, terlalu banyak rapat, dan rendahnya digitalisasi,” kata Carsten Meier dari Intraprenör, dikutip Jumat (8/11/2024).

Selanjutnya: Peserta yang kerja empat hari lebih aktif secara fisik

Studi ini juga mencatat, peserta yang kerja empat hari sepekan lebih aktif secara fisik, dengan tidur rata-rata 38 menit lebih banyak dalam seminggu, dibandingkan kelompok kontrol yang kerja lima hari.

Namun, jumlah sakit bulanan hanya berkurang sedikit. Selisihnya pun tak signifikan secara statistik, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Marika Platz dari Münster University mengatakan, ini berbeda dengan studi serupa di negara lain, yang menunjukkan pengurangan jumlah hari sakit pada studi serupa.

Hal lain yang mengejutkan adalah pengurangan jam kerja di uji coba ini tidak menunjukkan dampak yang berbeda terhadap lingkungan.

Ini tak sama dengan negara lain yang melaporkan dampak positif seperti penghematan energi dari kantor yang tutup sehari, serta kurangnya perjalanan ke tempat kerja.

Menurut para peneliti, ini mungkin karena beberapa pekerja di Jerman memanfaatkan akhir pekan panjang untuk bepergian, yang mengurangi potensi penghematan energi.

Selanjutnya: Kelemahan penelitian

Namun, ada beberapa kekurangan dalam studi ini. Dua perusahaan memutuskan keluar dari percobaan dalam enam bulan, dan dua lainnya harus dikeluarkan dari evaluasi.

Selain itu, dari 41 perusahaan yang tersisa, hanya sekitar sepertiga yang mengurangi jam kerja mingguan sehari penuh.

Sekitar 20 persen mengurangi jam kerja harian antara 11 persen dan 19 persen dalam sehari, sementara setengahnya hanya mengurangi waktu kerja kurang dari 10 persen atau sekitar empat jam per minggu.

Jadi, secara total hanya 85 persen kasus yang memberi karyawan satu hari libur penuh.

Selain itu, jumlah perusahaan peserta yang terbatas membuat studi ini sulit mewakili lebih dari tiga juta perusahaan di Jerman.

Menurut Marika Platz, proyek ini kesulitan menemukan pemberi kerja yang tertarik sejak pertama kali diusulkan dua tahun lalu, karena kerja paruh waktu sudah relatif umum di Jerman.

Sementara, menurut ahli pasar tenaga kerja Enzo Weber, perusahaan yang ikut biasanya sudah mendukung konsep empat hari kerja, sehingga tidak mewakili ekonomi secara menyeluruh.

Selain itu Weber juga mengatakan, peningkatan produktivitas mungkin bukan hanya karena jam kerja yang lebih pendek, tetapi juga dipengaruhi perubahan proses dan struktur organisasi.

Selanjutnya: Bukan mengajak 4 hari kerja di semua sektor

Dari 41 perusahaan yang berpartisipasi dalam uji coba ini, 70 persen menyatakan berencana melanjutkan proyek tersebut.

Beberapa mengatakan akan memperpanjang masa uji coba, sementara yang lain mempertimbangkan untuk menerapkan pengurangan jam kerja secara langsung.

Backmann mengatakan, studi ini bukan untuk mengajak penerapan 4 hari kerja seminggu di semua sektor, namun lebih kepada mengeksplorasi “model waktu kerja yang inovatif dan dampaknya.”

Carsten Meier Intraprenör menambahkan, hasil positif uji coba ini juga tidak bisa “secara otomatis diterjemahkan” menjadi keuntungan serupa untuk setiap perusahaan di Jerman.

Exit mobile version