TopCareer.id – World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa jumlah orang dewasa yang mengidap diabetes di dunia telah tembus 800 juta, lebih dari empat kali lipat sejak 1990.
Angka tersebut tercatat dalam data terbaru yang dirilis di The Lancet. Analisis ini dilakukan oleh NCD Risk Factor Collaboration (NCD-RisC) dengan dukungan dari WHO.
Temuan ini menyoroti skala epidemi diabetes, serta kebutuhan mendesak untuk tindakan global yang lebih kuat, demi mengatasi peningkatan angka penyakit dan melebarnya kesenjangan pengobatan, khususnya di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Baca Juga: WHO Ungkap Penyakit yang Berisiko Picu Pandemi
“Kita telah melihat peningkatan diabetes yang mengkhawatirkan selama tiga dekade terakhir, yang mencerminkan peningkatan obesitas, diperparah oleh dampak pemasaran makanan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kesulitan ekonomi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros mengatakan, untuk mengendalikan epidemi diabetes di dunia, negara-negara harus segera bertindak.
“Ini dimulai dengan memberlakukan kebijakan yang mendukung pola makan sehat dan aktivitas fisik, dan, yang terpenting, sistem kesehatan yang menyediakan pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Kamis (21/11/2024).
Studi terbaru ini melaporkan, prevalensi diabates global pada orang dewasa meningkat dari 7 persen menjadi 14 persen, antara tahun 1990 dan 2022. Negara berpenghasilan rendah dan menengah tercatat mengalami lonjakan terbesar, namun akses pengobatan dilaporkan tetap rendah.
Baca Juga: Begini Pola Hidup Sehat dari Kemenkes yang Bisa Cegah Obesitas
Tren ini juga sudah menyebabkan kesenjangan global yang mencolok. pada tahun 2022, hampir 450 juta orang dewasa usia 30 tahun ke atas, sekitar 59 persen dari semua orang dewasa penderita diabetes, tetap tidak diobati.
Ini menandai peningkatan 3,5 kali lipat pada orang yang tidak diobati sejak tahun 1990. 90 persen orang dewasa yang tidak diobati ini tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Studi juga mengungkapkan prevalensi diabetes di antara orang dewasa usia 18 tahun ke atas, sekitar 20 persen ada di Wilayah Asia Tenggara dan Mediterania Timur WHO.
Dua wilayah ini, bersama dengan Afrika, memiliki cakupan pengobatan diabetes terendah, dengan kurang dari 4 dari 10 dewasa pengidap diabetes mengonsumsi obat penurun glukosa untuk penyakit mereka.