TopCareer.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat selalu mengantisipasi potensi cuaca ekstrem sebelum pergi liburan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca sebelum bepergian.
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, di Jakarta pada Kamis lalu, cuaca ekstrem berpotensi menganggu kelancaran arus transportasi seluruh moda saat liburan Nataru.
“Seperti kata pepatah, sedia payung sebelum hujan, maka dari itu kami meminta masyarakat untuk terus memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi InfoBMKG yang selalu diperbarui secara berkala,” kata Dwikorita.
“Peringatan dini cuaca akan disampaikan, sepekan dan diulang tiga hari sebelum kejadian, bahkan hingga tiga jam sebelum kejadian cuaca ekstrem,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Sabtu (7/12/2024).
Baca Juga: Kemenhub: Infrastruktur Transportasi Siap Hadapi Nataru 2024/2025
Di aplikasi BMKG sendiri tersedia fitur Digital Weather for Traffic (DWT). Layanan ini dapat digunakan pelaku perjalanan untuk mengecek informasi cuaca di jalur mudik.
Pengguna dapat mengakses informasi peringatan dini cuaca jalur darat, rute perjalanan, bandar udara, pelabuhan, penyeberangan, hingga informasi penerbangan dan gelombang.
Survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi, akan ada 110,67 juta orang yang akan melakukan perjalanan musim libur Nataru 2024/2025.
Menurut Dwikorita, mayoritas pelaku perjalanan akan menggunakan kendaraan pribadi berupa mobil dan motor, sehingga sangat rentan menghadapi cuaca ekstrem dalam perjalanannya.
BMKG mencatat cuaca ekstrem diperkirakan berpotensi terjadi hingga Maret sampai April 2025. Hal ini dipengaruhi fenomena La Nina lemah, yang dapat meningkatkan curah hujan sebesar 20 persen.
Baca Juga: 110,67 Juta Orang Diprediksi Bergerak Saat Nataru 2024/2025
Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan potensi Cold Surge (seruakan udara dingin) yang bergerak dari daratan Asia (Siberia) menuju wilayah barat Indonesia, juga diproyeksikan aktif selama periode Nataru.
Dwikorita menegaskan kedua fenomena ini memiliki potensi untuk meningkatkan intensitas dan volume curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, meski skala dan dampaknya masih membutuhkan pemantauan lebih lanjut.
BMKG menyatakan terus memantau kondisi ini secara cermat dan menyampaikan informasi terkini, untuk mendukung langkah antisipatif serta mengurangi risiko di lapangan.
Dwikorita mengatakan, pembaruan informasi cuaca secara berkala penting sebagai bentuk preventif, guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Di musim penghujan seperti sekarang ini sangat rawan terjadi bencana hidrometeorologi,” katanya.