TopCareer.id – PT Bukalapak.com Tbk menjelaskan lebih lanjut mengenai penghentian layanan marketplace produk fisik mereka.
Sekretaris PT Bukalapak.com Tbk Cut Fika Lutfi melalui Keterbukaan Informasi mengatakan, proses penghentian layanan produk fisik akan dilakukan secara bertahap dan dimulai pada Februari 2025.
“Perubahan ini adalah langkah yang diperlukan untuk fokus pada lini bisnis yang telah kami kembangkan dan yang memiliki pertumbuhan yang lebih besar,” kata Cut Fika.
Ia menyebutkan, lini bisnis produk fisik di aplikasi dan situs Bukalapak menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga terakhir, karena perubahan dimanika pasar dan tantangan industri.
“Di sisi lain, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan,” ujarnya, ditulis Jumat (10/1/2025).
Baca Juga: Bukalapak Tutup Lapak Produk Fisik, Fokus Jual Pulsa hingga Token Listrik
Meski begitu, aplikasi dan situs web serta marketplace lain milik Perseroan dan Mitra Bukalapak dipastikan tetap beroperasi, serta bisa diakses oleh pengguna untuk layanan lain seperti produk virtual, gaming dan investasi.
Lebih lanjut, Cut Fika menyebut langkah ini juga akan berpengaruh pada sejumlah karyawan di seluruh ekosistem perusahaan.
Bukalapak pun memastikan hak dan kompensasi karyawan yang terdampak akan dipenuhi sesuai aturan perundang-undangan.
“Sebagaimana yang telah disampaikan pada Keterbukaan Informasi terkait Rencana Aksi Korporasi, Penghentian Layanan Produk Fisik
akan berdampak kepada sejumlah karyawan di seluruh ekosistem usaha Perseroan,” kata Cut Fika.
“Dalam pelaksanaannya Perseroan akan memastikan pemenuhan seluruh hak dan kompensasi para karyawan yang terdampak sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” imbuhnya.
Baca Juga: Berkat AI, Pengguna E-Commerce Bisa Belanja Online Pakai Personal Shopper
Penghentian layanan produk fisik juga disebut tidak berdampak merugikan terhadap kelangsungan usaha.
“Layanan produk fisik pada Aplikasi dan Situs Web Bukalapak memiliki kontribusi sekitar 3% (tiga persen) dari seluruh pendapatan Perseroan,” tulis mereka.
Langkah ini malah disebut akan mendukung upaya Perseroan untuk mencapai EBITDA positif.
“Perseroan berharap langkah ini dapat membawa dampak yang baik terhadap kondisi operasional dan kinerja keuangan di masa depan dikarenakan Perseroan dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang cukup signifikan.”