TopCareerID

Temani Orang dan Tidak Melakukan Apa-Apa, Pria Jepang Ini Raup Rp 1,3 M Setahun

Shoji Morimoto. (FMT/Reuters)

TopCareer.id – Seorang pria Jepang bernama Shoji Morimoto, dipecat dari kantornya pada 2018 karena dinilai kurang inisiatif dan “tidak melakukan apa-apa.”

Namun, berkat “tidak melakukan apa-apa” pula, pria yang sekarang sudah berusia 41 tahun itu kini memiliki pendapatan hingga miliaran dalam setahun.

Pekerjaan sehari-hari Morimoto adalah “meminjamkan dirinya” kepada orang lain yang sedang mencari teman untuk segala hal, kemudian “tidak melakukan apa-apa.”

Permintaan bisa mulai dari menunggu pelari maraton di garis finish, tampil di video call, hingga menemani menonton konser untuk menggantikan teman klien yang tak bisa hadir.

Baca Juga: Susah ‘Resign’ Bikin Pekerja di Jepang Minta Bantuan Agensi

Morimoto pun hanya akan datang dan tidak melakukan apa pun selain apa yang diminta klien, kecuali aktivitas yang bersifat seksual.

Kepada CNBC Make It, dikutip Jumat (17/1/2025), Morimoto mengaku sering berada di situasi yang sulit seperti mengantre di bawah terik matahari, berdiri berjam-jam di udara dingin, atau datang ke pesta dengan orang asing.

“Namun, apa pun kemalangan yang saya alami, saya merasa itu adalah sesuatu yang istimewa yang hanya terjadi karena saya melakukan pekerjaan ini, jadi saya masih bisa menghargainya,” kata Morimoto.

Morimoto juga kerap jadi teman curhat. Namun seringkali, dia lebih sering memberikan jawaban yang paling sederhana, mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi tidak ingin berperan sebagai terapis.

Baca Juga: Sederet Budaya Kerja Jepang yang Boleh Ditiru

Ia mengungkapkan, dirinya menerima sekitar seribu permintaan per tahun, dan membiarkan klien memutuskan sendiri berapa biaya yang harus dibayar.

Ia biasa mengenakan biaya tetap antara 10.000 yen dan 30.000 yen (sekitar Rp 1 juta hingga Rp 3 juta) untuk sesi dua hingga tiga jam. Tahun lalu saja, ia meraup sekitar Rp 1,3 miliar.

Morimoto sendiri baru memperkenalkan pembayaran sukarela sesuai keinginan pada akhir tahun lalu.

“Saya mengenakan biaya sukarela, jadi saya tidak tahu apakah itu akan berkelanjutan, tetapi saya bersenang-senang mencoba melihat apakah itu berkelanjutan,” kata Morimoto.

Dirinya menambahkan, tujuannya bukan untuk mencari nafkah atau menghidupi dirinya sendiri tetapi untuk “menjalani hidup dan menikmatinya.”

Exit mobile version