TopCareer.id – Lingkungan kerja atau kantor yang toxic akan membuat produkvitas bahkan mental terganggu.
Nina Nesdoly, pakar pencegahan stres kerja dari Ottawa, Kanada menyebut, ada lima ciri lingkungan kerja yang toxic. Kepada SWNS, ia menyebut lima tanda tersebut adalah:
- Tidak inklusif – tidak menjadi tempat yang baik untuk keberagaman dan perbedaan
- Tidak menghormati – mengabaikan batasan-batasan personal dan kebutuhan Anda
- Perilaku tidak etis – terlibat dalam perilaku yang tidak dapat diterima
- Perilaku saling menjatuhkan – mengorbankan orang lain demi keuntungan diri sendiri
- Atasan yang abusif – perundungan, manipulasi, kebohongan, dll.
Hal ini, kata Nesdoly, merujuk pada MIT Sloan Management Review, yang mengidentifikasi “lima tanda” tempat kerja yang beracun, menurut analisis ekstensif mereka terhadap ulasan Glassdoor.
Untuk mengidentifikasi dan menghindari tempat kerja yang tidak diinginkan ini, seseorang pun disarankan untuk membaca ulasan karyawan perusahaan di situs-situs review, untuk mendapatkan sekilas pemahaman tentang budaya kantor.
“Untuk contoh lingkungan yang tidak inklusif, kita mencari contoh seperti nepotisme, diskriminasi usia, dan ketidaksetaraan ras,” kata Nesdoly, seperti dilansir New York Post, dikutip Jumat (7/2/2025).
Baca Juga: Mengenal Brilliant Jerks, Pekerja Hebat yang Bikin Lingkungan Kerja Toxic
Saat melamar kerja dan sampai tahap wawancara, calon pekerja juga diimbau untuk menyiapkan pertanyaan untuk diajukan kepada wawancara. Nesdoly pun menyarankan pelamar untuk bertanya soal lingkungan kerja dan work-life balance.
“Yang ketiga adalah nyatakan apa yang Anda cari jika pewawancara bertanya bagaimana Anda mengelola stres,” kata Nesdoly.
“Jika Anda mengatakan bahwa Anda adalah seseorang yang work hard play hard, bersedia kerja hingga 75 jam seminggu, serta mengesampingkan semua kebutuhan pribadi, maka Anda akan ditempatkan dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan dengan jika Anda mengatakan bahwa Anda mengelola stres dengan keluar rumah, meminta bantuan, atau menjalin hubungan dengan keluarga.”
Namun, jika seorang karyawan merasa berada dalam lingkungan kerja yang kurang ideal, Nesdoly merekomendasikan dua solusi yang dapat diambil, tergantung situasi yang dihadapi.
“Kenali sifat-sifat yang beracun dan tentukan apakah Anda menghadapi lingkungan kerja yang toxic atau hanya beban kerja serta tuntutan tinggi yang masih dapat dikelola,” katanya.
Baca Juga: Hati-Hati, Lagi Nge-Tren Budaya Kerja “Berbaik Hati” yang Ternyata Toxic
Ia juga menambahkan, berbicara dengan atasan atau tim sumber daya manusia bisa menjadi langkah awal untuk mencari solusi.
“Jika Anda dapat mengendalikan situasi tersebut dan mendapatkan respons yang membantu, Anda bisa bertahan dan melakukan perubahan yang diperlukan.”
Namun, jika kondisi di tempat kerja berada di luar kendali, tapna dukungan, atau tidak mendapatkan respons yang positif, maka sebaiknya mulai mempertimbangkan opsi lain jika situasi tersebut tidak lagi dapat ditoleransi.
“Langkah terbaik adalah mencari peluang baru, memperbarui resume, dan tetap bertahan secukupnya selama masih berada dalam lingkungan tersebut,” saran Nesdoly.
Pada akhirnya, jika tidak ada yang dapat Anda kendalikan, maka perubahan peran akan terjadi,” pungkasnya.