Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Tren Kabur Aja Dulu, SDM Terampil Dikhawatirkan Tak Balik ke Indonesia

Ilustrasi Sebanyak 79% pengguna AI di Asia Pasifik membawa dan menggunakan alat AI generatif mereka sendiri ke tempat kerja.Ilustrasi bekerja (Pexels)

TopCareer.id – Munculnya tagar Kabur Aja Dulu atau #KaburAjaDulu tak boleh direspon sebagai sekadar kritik bagi pemerintah, namun juga menyimpan peluang dan risiko bagi pembangunan Indonesia.

Menurut akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Hempri Suyatna, tagar ini mencerminkan sikap kritis dan sindiran generasi muda terhadp situasi sosial politik yang terjadi di dalam negeri.

Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Fisipol UGM ini mengatakan, situasi dalam negeri saat ini dinilai kurang menguntungkan, dengan negara yang dianggap kurang hadir dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.

“Dalam konteks pengetahuan, misalnya ada kekhawatiran bahwa efisiensi anggaran akan menyebabkan masa depan Pendidikan terancam sehingga mendorong generasi muda untuk memilih ke luar negeri baik itu bekerja maupun menempuh studi,” kata Hempri.

Baca Juga: Mau Cari Kerja di Luar Negeri? Ini Tipsnya

Mengutip laman resmi UGM, Sabtu (22/2/2025), tagar Kabur Aja Dulu juga bisa dilihat dari dua sisi.

Jika melihat peluang, mereka yang pergi ke luar negeri bisa kembali ke tanah air, untuk membagikan pengalamannya selama studi atau bekerja di luar negeri, untuk mendukung pembangunan di Indonesia.

Hempri mengatakan, dibutuhkan ekosistem dan dukungan yang menarik sehingga para diaspora ini bisa kembali ke Indonesia.

Namun, ada ancaman jika para diaspora tidak kembali ke tanah air, karena kurangnya tenaga-tenaga terampil yang selama ini memunculkan ketimpangan ekonomi antar negara, maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia

“Ekosistem inovasi dan riset di Indonesia belum sepenuhnya baik. Baik dari insentif, gaji, dukungan regulasi, hak cipta dan sebagainya,” kata Hempri.

Baca Juga: Indonesia Diterpa Brain Drain, Rekrutmen Kerja Pakai Ordal Jadi Sorotan

Kondisi inilah yang membuat banyak ilmuwan muda Indonesia, kurang tertarik berkarier di tanah air. Apalagi, dukungan atas hilirisasi inovasi juga kurang, sehingga banyak karya-karya yang tidak terimplementasikan dengan baik ke masyarakat.

Menurut Hempri, tantangan brain drain ini membutuhkan dukungan anggaran dari hilirisasi riset dan inovasi, serta pembukaan lapangan kerja yang cukup bagi anak muda, di tengah bonus demografi.

Di samping itu, diperlukan kebijakan pemberian insentif dan apresiasi terhadap inovasi-inovasi pada generasi muda. “Dukungan atas hilirisasi inovasi baik dalam bentuk pasar maupun pemberian intellectual property,” pungkas Hempri.

Leave a Reply