TopCareerID

Perusahaan di China Minta Karyawan Jomblo Nikah, Kalau Tidak Kena PHK

Ilustrasi PHK (ANTONI SHKRABA production/Pexels)

TopCareer.id – Sebuah perusahaan di China bikin heboh usai mewajibkan karyawannya yang jomblo atau cerai, untuk segera menikah di akhir September 2025 atau akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Namun, aturan yang dikeluarkan Shuntian Chemical Group ini menuai kontroversi dari publik dan ditolak otoritas setempat. Aturan ini sendiri dilakukan untuk meningkatkan angka pernikahan pada karyawan.

Perusahaan dengan lebih dari 1.200 karyawan ini meminta pekerja yang belum menikah di 28 hingga 58 tahun, termasuk yang bercerai, untuk “menyelesaikan masalah pernikahan personal” paling lambat 30 September 2025.

“Jika tidak selesai pada kuartal pertama, Anda harus menulis refleksi diri,” bunyi pengumuman itu, dilansir NBC News. “Jika tidak selesai pada kuartal kedua, perusahaan akan melakukan evaluasi.”

“Jika Anda tidak dapat menikah dan membangun keluarga pada kuartal ketiga, perusahaan akan memutuskan kontrak kerja Anda,” kata mereka, dikutip Sabtu (1/3/2025).

Baca Juga: Hampir 10.000 Pegawai Negeri AS Di-PHK Imbas Efisiensi Anggaran ala Trump

Pengumuman itu juga mengkritik karyawan lajang karena “tidak menanggapi panggilan nasional” untuk menikah dan memiliki anak, menuding mereka “tidak setia dan tidak patuh pada nasihat orang tua.”

Kabar soal PHK para jomblo ini jelas menuai respon negatif dari publik di platform media sosial Tiongkok, Weibo. Warganet mengatakan ini jadi salah satu alasan untuk memecat karyawan.

Media Tiongkok pun mengatakan, otoritas dari biro sumber daya manusia dan jaminan sosial sudah mendatangi perusahaan pada 13 Februari lalu, dan menyatakan kebijakan itu melanggar aturan ketenagakerjaan di China.

Baca Juga: Porsche Mau Pangkas 1.900 Karyawan di Jerman hingga 2029

Perusahaan pun dilaporkan segera mencabut aturan ini keesokan harinya.

“Pengumuman ini telah dicabut karena beberapa kata yang digunakan tidak pantas,” kata pihak Shuntian Chemical Group yang tidak diungkap namanya.

China memang sedang menghadapi penurunan dan penuaan populasi. Pemerintah pun berupaya untuk membangkitkan minat generasi muda untuk menikah dan memiliki anak.

Jumlah pernikahan baru di Tiongkok turun seperlima tahun lalu, menjadikannya penurunan terbesar yang pernah tercatat, menurut data pemerintah bulan ini.

Sementara, populasi di negeri tirai bambu anjlok tahun lalu untuk tiga tahun berturut-turut, menjadi 1,408 miliar.

Exit mobile version