TopCareer.id – Sebanyak 146,48 juta pemudik diprediksi akan melakukan perjalanan di masa Lebaran 2025. Angka ini setara dengan 52 persen dari total penduduk tanah air.
Jumlah tersebut berdasarkan survei potensi pergerakan masyarakat selama periode Lebaran 2025, oleh Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Litbang Kompas.
“Menyikapi munculnya angka tersebut, kami telah melakukan rapat koordinasi dengan berbagai pihak, mulai dari menteri-menteri, kepala daerah, pimpinan BUMN, hingga pihak swasta,” kata Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi.
Dalam Rapat Koordinasi Persiapan Penyelenggaraan Angkutan Lebaran 2025, di Kantor Kemenhub, Jakarta, Jumat pekan lalu, Dudy juga mengatakan temuan ini telah disampaikan ke Presiden Prabowo Subianto dan stakeholder terkait.
Baca Juga: Komdigi Luncurkan MudikPedia Buat Panduan Mudik Lebaran 2025
Dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (20/3/2025), Dudy mengatakan bahwa menurut survei yang sama, puncak arus mudik Lebaran diprediksi terjadi pada H-3 Lebaran atau 28 Maret 2025.
Di tanggal itu, jumlah pergerakan pemudik Lebaran diperkirakan mencapai 12,1 juta orang, dengan penerapan kebijakan Work From Anywhere (WFA).
Sementara, puncak arus balik diprediksi terjadi pada H+5 atau 6 April 2025, dengan potensi pergerakan masyarakat mencapai 31,49 juta orang.
Untuk angka sebaran, survei mencatat Jawa Barat menjadi daerah asal perjalanan terbanyak dengan 30,9 juta orang (21,1 persen), diikuti Jawa Timur 26,4 juta orang (18 persen), dan Jawa Tengah sebesar 23,3 juta orang (15,9 persen).
Daerah asal perjalanan lainnya yang terhitung besar yaitu Banten sebesar 7,9 juta orang (5,4 persen) dan DKI Jakarta sebesar 6,7 juta orang (4,6 persen).
Baca Juga: Ada Diskon Tarif Tol 20 Persen di Mudik Lebaran 2025, Ini Daftar Ruasnya
Jawa Tengah jadi tujuan tertinggi dengan 36,6 juta orang (25 persen), diikuti Jawa Timur 27,4 juta orang (18,7 persen), Jawa Barat 22,1 juta orang (15,1 persen), Yogyakarta 9,4 juta orang (6,4 persen) dan Sumatera Utara 6,2 juta orang (4,2 persen).
Dudy mengatakan, pemerintah akan memberlakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pemudik, yang berpotensi menyebabkan kepadatan di sejumlah simpul transportasi dan ruas jalan, baik tol maupun arteri.
“Beberapa di antaranya meliputi penerapan kebijakan Work from Anywhere (WFA), penyelenggaraan mudik gratis, rekayasa lalu lintas, hingga pengaturan lalu lintas, khususnya pada daerah-daerah yang berisiko tinggi mengalami kemacetan.”