TopCareerID

Generasi Milenial Terlalu Mudah Percaya Orang di Internet, Waspada Risikonya

Ilustrasi generasi milenial (Dok. Kaspersky)

TopCareer.id – Generasi milenial rentan terhadap risiko di dunia digital seperti penipuan identitas, misinformasi, dan penipuan emosional, akibat kepercayaan online yang berlebihan.

Menurut penelitian yang dilakukan Kaspersky, 70 persen generasi milenial jarang memverifikasi keaslian orang-orang yang berinteraksi dengan mereka secara daring.

Kaspersky menyebut, meski menjadi generasi pertama yang sepenuhnya merangkul internet, masih banyak generasi milenial yang salah menaruh kepercayaan dalam interaksi daringnya.

Walau 64 persen milenial pernah menghadapi seseorang yang salah menggambarkan identitas mereka, hampir setengahnya masih mempercayai informasi yang dibagikan dalam komunitas digitalnya.

Baca Juga: Penipuan Mengintai Jelang Lebaran, OJK Ungkap Modusnya

Kontradiksi ini, menurut Kaspersky, menyoroti kesenjangan antara keahlian digital yang dipersepsikan dan kesadaran keamanan siber yang sebenarnya.

Ruth Guest, psikolog siber memperingatkan bahwa rasa percaya diri yang berlebihan ini dapat mengarah pada perilaku berisiko.

“Ketika kita memercayai kecerdasan digital kita sendiri secara implisit, kita mungkin mengabaikan kemungkinan bahwa orang lain tidak sejujur ​​yang terlihat,” kata Ruth, mengutip siaran pers, Kamis (27/3/2025).

“Dalam beberapa kasus, individu dengan sifat narsis, psikopat, atau Machiavellian yang kuat mengeksploitasi kepercayaan ini melalui penipuan dan taktik penipuan lainnya,” imbuhnya.

Kaspersky mengungkapkan, media sosial jadi tempat yang dituju generasi milenial untuk membagikan kabar penting dalam hidup mereka, seringkali sebelum memberitahukannya ke teman dekat dan keluarga.

Baca Juga: Pakai Email Perusahaan Buat Akun Netflix dan Discord, Ini Bahayanya

Penelitian mereka mencatat, hampir separuh generasi milenial mengunggah berita pribadi yang signifikan secara daring, sebelum membicarakannya secara langsung dengan siapa pun.

Umpan balik langsung dari like, komentar, dan share memang dapat menciptakan rasa validasi, tapi juga disertai risiko.

45 persen generasi milenial juga merasa nyaman berbagai informasi pribadi atau sensitif secara daring. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko penipuan phishing, pencurian identitas, dan doxing.

Penjahat siber pun menggunakan informasi yang tersedia untuk umum untuk menyusun serangan yang ditargetkan, mengeksploitasi detail pribadi seperti check-in lokasi, pembaruan tempat kerja, dan status hubungan.

Bahaya Oversharing

Marc Rivero, peneliti keamanan utama di Kaspersky mengatakan, terlalu berlebihan atau oversharing dalam membagikan informasi pribadi secara daring, dapat membuat individu lebih rentan ancaman siber.

“Detail pribadi yang dibagikan secara daring, seperti check-in lokasi, status hubungan, dan rutinitas harian, dapat dimanfaatkan untuk penipuan tertarget atau pemantauan tidak sah,” kata Marc.

Meningkatnya rasa kesepian di kalangan dewasa muda juga membuat persahabatan daring menjadi bagian penting dari kehidupan sosial.

29 persen generasi milenial melaporkan bahwa persahabatan digital berdampak positif pada kesehatan mental mereka.

Komunitas daring memberikan rasa memiliki, dan memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan individu yang memiliki pemikiran yang sama di seluruh dunia.

Namun, tidak semua interaksi daring bersifat positif. 10 persen generasi milenial melaporkan pengalaman negatif dari interaksi digital.

Selain itu, menurut Kaspersky 14 persen mengaku membuat profil palsu atau menggunakan identitas palsu sendiri.

Generasi milenial pun dinilai perlu mengambil langkah proaktif untuk melindungi keberadaan mereka di dunia maya, serta mendorong kebiasaan keamanan siber yang lebih kuat pada orang di sekitarnya.

Tips Kurangi Risiko Ancaman Online Bagi Generasi Milenial

Berikut beberapa tips dalam mengurangi risiko ancaman daring dan menumbuhkan kebiasaan digital yang lebih aman bagi generasi milenial:

Gunakan pencarian gambar terbalik, dan periksa ulang profil sebelum berinteraksi dengan kontak baru.

Selalu verifikasi fakta dari berbagai sumber sebelum membagikan atau menindaklanjutinya.

Sesuaikan pengaturan privasi media sosial, dan gunakan pemeriksa privasi online kami untuk meningkatkan keamanan. Perhatikan juga pembagian lokasi secara real-time untuk menghindari risiko pelacakan.

Dapatkan persetujuan sebelum membagikan detail pribadi orang lain.

Kenali tanda-tanda phishing, profil palsu, dan penipuan rekayasa sosial.

Gunakan password manager untuk membuat dan menyimpan kata sandi unik dengan aman. Selain itu, jangan pernah menggunakan kembali kata sandi di berbagai platform.

Perbarui aplikasi, perangkat lunak, dan program antivirus secara berkala untuk mencegah eksploitasi kerentanan.

Gunakan solusi keamanan siber yang dapat memberikan perlindungan real-time terhadap pencurian identitas, tautan berbahaya, dan ancaman siber.

Baca Juga: Pencurian Data Perbankan di Smartphone Melesat 3 Kali Lipat di 2024

Ruth Guest mengatakan, ruang digital telah berevolusi menjadi tempat yang aman dan kreatif tempat generasi milenial bisa menjelajahi, belajar, dan terhubung dengan individu yang berpikiran sama.

“Jika digunakan dengan bijak dan dengan perlindungan yang tepat, media sosial dapat menjadi aset yang luar biasa bagi kesehatan mental seseorang,” kata Ruth.

Menurutnya, media sosial menawarkan platform untuk mengekspresikan diri, rasa memiliki, dan inspirasi kreatif.

“Namun, penting untuk diingat bahwa manfaat komunitas daring ini bergantung pada upaya menjaga keseimbangan,” pungkasnya.

Exit mobile version