TopCareerID

Pesan Penting di Balik Film Jumbo Bagi Para Orang Tua

Ilustrasi film Jumbo (Visinema/IMDB)

TopCareer.id – Film animasi Jumbo sedang jadi perhatian di masyarakat. Di sisi lain, ada pelajaran penting yang bisa diambil oleh orang tua, yaitu tentang pentingnya mendampingi tumbuh kembang anak.

Wulan Nur Jatmika, Dosen Psikologi Klinis Universitas Gadjah Mada mengatakan, sejumlah realitas sosial dalam film Jumbo mencerminkan pengaruh keluarga dan lingkungan pada kondisi psikologis anak.

Salah satunya adalah Adverse Childhood Experiences (ACEs) atau kejadian atau peristiwa yang terjadi sebelum anak menginjak usia 18 tahun, serta berpotensi menimbulkan trauma.

Menurutnya, kejadian seperti kehilangan peran orang tua, diabaikan, menyaksikan atau mengalami kekerasan, dan disfungsi sosial keluarga dapat memberikan pengalaman traumatis bagi anak.

Wulan mengungkapkan, refleksi ACEs terlihat di latar belakang beberapa karakter film ini, seperti Don yang kehilangan orang tua dan Atta yang tumbuh tanpa orang tua dan dalam kondisi kemiskinan.

Ada juga Maesaroh dan Nurman yang diceritakan hidup bersama kakek tanpa peran orang tua secara emosional.

Baca Juga: Gibran Bicara Bonus Demografi, Singgung Film Jumbo dan Timnas U-17

“Kondisi ini mencerminkan realita sosial Indonesia, di mana anak-anak dengan ACEs bisa dengan mudah ditemukan di sekitar kita,” ujarnya, dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (24/5/2025).

Wulan juga menyoroti isu perundungan anak-anak yang ada dalam hubungan Don dan Atta di film Jumbo.

Menurutnya, perundungan adalah masalah nyata yang kompleks di lingkungan anak-anak. Baik pelaku maupun korban berpotensi mengalami masalah kesehatan mental di kemudian hari.

“Anak yang menjadi pelaku perundungan biasanya juga bukan tanpa sebab, banyak faktor yang mempengaruhi,” kata Wulan.

Ia menyebut, beberapa faktor tersebut mulai dari pola asuh negatif, pengalaman masa lalu sebagai korban, hingga lingkungan sosial yang tidak sehat.

Baca Juga: Menkomdigi: Tunda Akses Medsos Anak, Ortu Harus Berikan Dulu Literasi Digital

Namun, Don sebagai korban perundungan menerima dukungan emosional yang baik sehingga bisa tetap ceria dan percaya diri. Wulan pun mengatakan, ini berarti pencegahan bullying tidak bisa dilakukan secara parsial.

Perlu ada upaya untuk meminimalisir faktor-faktor resiko seperti pola asuh negatif, lingkungan yang penuh tekanan, atau ketidaksetaraan sosial.

Sebagai preventif, diperlukan juga penguatan faktor protektif, yakni kedekatan yang baik dengan orang tua atau pengasuh, dukungan sosial, lingkungan sekolah yang aman, dan sistem dukungan di masyarakat.

Wulan melanjutkan, film ini pun menyampaikan tentang pentingnya peran keluarga dan lingkungan bagi pengembangan karakter anak.

Baca Juga: Lindungi Anak! Ancaman Siber Intai Pemain Roblox

Orang tua harus membekali anak bukan hanya dengan apa yang mereka inginkan, tapi juga benar-benar yang dibutuhkan.

“Orang tua perlu menyadari bahwa setiap hal yang dilakukan dalam proses pengasuhan, terutama di usia 0-5 tahun, bisa berdampak besar dan jangka panjang bagi masa depan anak,” kata Wulan.

Selain itu, anak juga membutuhkan bekal cinta dan kasih sayang yang tulus tanpa syarat, nilai-nilai kehidupan, serta panduan moral yang baik.

Kehadiran orang tua dibutuhkan untuk memberikan arahan, sehingga anak dapat mengenal dan mengatur emosi diri, serta mendapatkan ilmu dan wawasan yang luas.

“Dengan bekal-bekal itu, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat, sehat, mandiri, dan siap menghadapi tantangan hidup,” pungkasnya.

Exit mobile version