TopCareer.id – Ayah memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak, mulai dari masa kehamilan ibu hingga pasca persalinan dan seterusnya. Namun seringkali, dukungan semacam ini masih belum jadi prioritas.
Salah satunya adalah paternity leave atau cuti bagi ayah setelah kelahiran anak. Banyak industri yang belum memiliki jenis cuti semacam ini.
Padahal, masa-masa awal pasca persalinan adalah periode paling menantang baik secara fisik maupun emosional bagi seorang Ibu.
Terlebih lagi, merawat seorang anak bukanlah tanggung jawab yang dilakukan oleh ibu saja, namun menjadi tanggung jawab bersama antara ibu dan ayah.
Menurut laporan Jobstreet by SEEK yang akan diluncurkan akhir April 2025 mendatang, paternity leave merupakan jenis cuti khusus yang kerap menjadi tren sepanjang tahun 2024.
Baca Juga: Riset: Waktu Belajar Anak Laki-Laki di Permukiman Informal Tertinggal dari Perempuan
Laporan berdasarkan survei pada 1.273 praktisi rekrutmen dan SDM di Indonesia ini menemukan, 43 persen perusahaan telah memberikan cuti ayah sebagai opsi cuti khusus kepada pekerja laki-laki yang membutuhkan.
Namun, jumlah yang sama juga menyatakan mereka tidak memberikan, bahkan tidak memiliki jenis cuti ini, termasuk sebagai opsi ke depannya.
Sedangkan, 14 persen perusahaan telah memberikan paternity leave sebagai opsi cuti khusus baru atau akan memberikannya dalam waktu 12 bulan ke depan.
Jobstreet mengatakan, paternity leave menjadi salah satu cara agar ayah dapat berkontribusi dalam mengasuh anak, serta memberikan kesempatan baginya untuk mendapatkan quality time dan hubungan yang erat dengan anak.
Menurut Jobstreet, dikutip dari siaran pers, Jumat (25/4/2025), ada beberapa langkah yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk mewujudkan keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan melalui paternity leave:
- Rancang Kebijakan yang Jelas dan Inklusif
Tentukan durasi cuti yang sesuai, misalnya 2-8 minggu. Pastikan kebijakan ini tertulis dalam buku pedoman, termasuk prosedur pengajuan, syarat kelayakan, dan apakah dibayar atau tidak.
- Sosialisasikan dan Dorong Penggunaan Paternity Leave
Pastikan manajemen dan tim HR aktif menginformasikan kebijakan ini kepada semua pegawai. Dorong para ayah memanfaatkan hak ini tanpa rasa takut akan stigma atau dampak negatif terhadap kariernya.
- Dukungan Selama dan Setelah Cuti
Siapkan rencana kerja selama pegawai menjalani cuti dan fasilitasi proses reintegrasi mereka ke lingkungan kerja setelah cuti usai. Komunikasi yang baik antara pegawai, atasan, dan HR sangat penting di sini.
- Evaluasi dan Perbaikan Kebijakan Cuti Secara Berkala
Lakukan evaluasi terhadap kebijakan ini secara berkala, misalnya setiap tahun, untuk menilai efektivitasnya dan melakukan penyesuaian yang diperlukan berdasarkan umpan balik dari pegawai.