Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Kemarau Diprediksi Lebih Pendek, Pakar Tetap Imbau Antisipasi Ketersediaan Air

Ilustrasi musim kemarau. (Thorsten Frenzel dari Pixabay)

TopCareer.id – Meski musim kemarau diprediksi lebih singkat di beberapa wilayah Indonesia, pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) tetap mengimbau masyarakat untuk antisipasi ketersediaan air.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau tahun ini diprediksi lebih singkat untuk beberapa wilayah di tanah air.

Musim kemarau diprediksi akan datang lebih cepat pada bulan April dan Mei, dengan puncaknya terjadi dari Juni hingga Juli.

Emilya Nurjani, pakar klimatologi dari Fakultas Geografi UGM mengatakan, perbedaan durasi musim kemarau yang berbeda disebabkan adanya angin musim yang kerap diketahui sebagai muson atau monsoon.

Muson ini yang menjadi penentu musim di Indonesia adalah muson Asia atau Muson Timur dan Muson Barat atau Muson Australia.

Dia mengatakan, muson Asia menjadi penentu akan datangnya penghujan. Sementara, jika ada muson Australia berarti penentu masuknya musim kemarau.

Baca Juga: BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Berlangsung Lebih Pendek

Namun, terkadang masing-masing muson di setiap wilayah tidak terjadi dalam waktu bersamaan.

“Kadang-kadang tidak selalu bersamaan. Biasanya jika datang kita bisa mulai menentukan Kapan musim itu mulainya musim hujan maupun musim kemarau,” kata Emilya, dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (26/4/2025).

Emilya menambahkan, fenomena iklim lain bisa mempengaruhi musim di Indonesia seperti el Nino dan la Nina, Indian Ocean Dipole (IOD) siklon tropis, osilasi, dan The Quasi-biennial Oscillation (QBO).

Untuk tahun ini, Emilya melihat kemungkinan besar tidak ada pengaruh fenomena-fenomena tersebut terhadap hujan yang turun di Indonesia.

Durasi kedatangan musim kemarau sendiri bisa beragam, bahkan ada yang mencapai delapan bulan.

Emilya memperkirakan, durasi kemarau tahun ini sebenarnya sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, menurutnya petani bisa mempersiapkan dengan lebih matang pemilihan tanaman-tanaman yang akan ditanam nantinya.

Baca Juga: Harusnya Musim Kemarau, Kok Sering Hujan?

Emilya pun menyarankan masyarakat di daerah-daerah dengan waktu kemarau panjang untuk menyesuaikan jenis tanaman pertanian yang akan ditanam.

Dia merekomendasikan tanaman yang membutuhkan air lebih sedikit dan masa tanamnya lebih pendek. Petani juga bisa melakukan pengelolaan pola buka pintu waduk jika ada irigasi atau pengairan.

“Untuk kebutuhan air, kolam retensi pun bisa menjadi opsi, meskipun memang kolam ini pengisiannya dilakukan saat musim penghujan,” ujarnya.

Sementara untuk sumber daya air, dia menyarankan untuk rainwater harvesting, karena di pekan-pekan terakhir masih ada hujan. Sehingga, ini bisa menjadi cadangan air di musim kemarau.

Leave a Reply