TopCareerID

Komdigi Ingin Industri Gim Jadi Motor Baru Pertumbuhan Ekonomi

Menkomdigi Meutya Hafid dalam audiensi dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI) di Jakarta pada Jumat (16/5/2025). (Dok: Kementerian Komdigi)

TopCareer.id – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membidik industri gim nasional sebagai motor baru pertumbuhan ekonomi.

Hal ini dinyatakan oleh Menkomdigi Meutya Hafid dalam audiensinya dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI) di Jakarta pada Jumat (16/5/2025).

Menurut Menkomdigi Meutya Hafid, industri gim merupakan sektor kreatif yang tak hanya menjanjikan nilai ekonomi tinggi, tapi juga masa depan digital yang berdaya saing global.

“Kita paham bahwa industri gim menjadi industri yang cukup, atau bahkan amat besar, dan dengan kecenderungan meningkat terus,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Selasa (20/5/2025).

Baca Juga: Ramai Kabar Gratis Ongkir E-Commerce Dibatasi, Komdigi Beri Penjelasan

Menkomdigi mengatakan, hal ini diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional ke delapan persen.

“Menurut kami, dan kemarin kami sudah bicara juga dengan Ekraf, ini salah satu industri yang bisa kita dorong untuk membantu negara mencapai ekonomi menuju pertumbuhan ke 8 persen,” kata Meutya.

Meutya menekankan, diperlukan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pelaku industri.

Dia mengklaim, pemerintah tak hanya melihat potensi industri gim dari sisi ekonomi, tapi juga berusaha merancang kebijakan yang tepat sasaran, melalui dialog langsung dengan pelaku industri.

Sementara, Ketua Umum AGI Shafiq Husein mengungkapkan bahwa valuasi pasar gim global saat ini sudah mencapai USD 187 miliar, dua kali lipat dari gabungan industri film dan musik.

Indonesia sendiri mencatatkan nilai pasar sebesar Rp 30 triliun, tertinggi di Asia Tenggara dan peringkat ke-15 dunia. Namun, hanya 2,5 persen dari nilai pasar nasional yang dinikmati oleh pengembang gim lokal.

Baca Juga: Waspada, Wamenkomdigi Sebut Penipuan AI Kini Makin Canggih

“Saat ini, pemasukan pengembangan gim lokal hanya sebesar 750 miliar per tahun atau setara hanya 2,5 persen dari pasar Indonesia sendiri. Berarti 97,5 persen memang larinya ke gim luar,” kata Shafiq.

“Kemudian, industri lokal juga terhambat untuk akses pendanaan awal agar dapat bersaing dengan produk asing di pasar sendiri,” imbuhnya.

Meutya pun meminta jajarannya untuk segera memetakan berbagai potensi kolaborasi konkret, sebagai tindak lanjut dari dialog dengan pelaku industri.

“Pada prinsipnya tentu kita ingin, dengan keterbatasan di sini, kita ingin sekali bisa membantu dengan ekosistem kita, pungkasnya.

Exit mobile version