TopCareer.id – Kuliah di luar negeri dengan beasiswa jadi salah satu impian banyak mahasiswa Indonesia. Namun, lolos seleksinya tidaklah mudah.
Shintia Yunita Arini adalah salah satu orang yang berhasil mewujudkan mimpinya untuk kuliah S3 di The University of Queensland, Australia dengan beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS).
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) ini pun mengungkapkan, lolos beasiswa tersebut membutuhkan berbagai tahapan, mulai dari menulis esai dan CV, hingga seleksi wawancara.
Maka dari itu, dikutip dari laman resmi Unair, Kamis (22/5/2025), dosen yang sedang menempuh studi di Australia itu pun membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mendaftar beasiswa.
- Menulis esai
Menurut Shintia, salah satu kesalahan yang kerap dilakukan orang Indonesia saat menulis esai adalah berbelit-belit. Banyak calon pendaftar yang menulis esai dengan terlalu general, sehingga tidak langsung ke intinya.
“Saya tahu banyak hal yang ingin ditunjukkan, tapi lebih baik tulis di CV bukan di esai. Di esai kita hanya perlu menjawab apa yang ditanyakan saja, tidak usah muter-muter,” kata Shintia.
Misalnya, soal alasan memilih kampus yang dituju, dari pengalamannya, banyak yang masih menulis alasan-alasan yang bersifat umum.
Baca Juga: Beasiswa S3 LPDP ke Prancis Buka Pendaftaran, Cek Syaratnya
Jadi, pendaftar pun disarankan untuk melakukan riset terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan.
“Misalnya untuk pertanyaan tersebut, cari kelebihan kampus itu. Apa yang dimiliki kampus itu dan tidak ada di Indonesia. Kita harus menunjukkan kalau kita melakukan riset yang mendalam,” kata Shintia.
Pendaftar beasiswa juga disarankan untuk melakukan peer review sebelum melakukan submit esai, sebagai perbaikan dari sudut pandang lain yang lebih obyektif.
“Kalau dari sudut pandang kita saja kurang objektif sehingga kita perlu peer review. Bisa bersama teman, senior, atau awardee yang berkenan untuk membantu mengecek,” ujarnya.
- Menulis CV
CV dapat ditulis dengan menambahkan pengalaman kerja, riset, volunteering, dan penghargaan selengkap mungkin. Jangan malu-malu untuk menunjukkan pencapaian di CV.
Perbaiki juga profil di LinkedIn. Tidak menutup kemungkinan pemberi beasiswa akan mengecek kebeneran CV melalui platform tersebut.
Baca Juga: LPDP Buka Pendaftaran Beasiswa S2 ke UCD Irlandia, Intip Syaratnya
Berdasarkan pengalaman Shintia saat mendaftar beasiswa AAS, pemberi beasiswa melakukan cross check di LinkedIn. Jadi, tak ada salahnya untuk menuliskan pengalaman dan pencapaian dengan lengkap di sana.
“Improve LinkedIn karena biasanya mereka mengecek kebenaran CV kita di LinkedIn. Kalau di LinkedIn kita tidak mungkin berani memberikan informasi yang bohong,” kata Shintia.
Wawancara
Saat wawancara, pertanyaan yang diajukan biasanya mengacu pada esai dan CV yang ditulis. Sehingga, apa yang ditulis di esai dan CV tidak boleh asal-asalan, karena akan dipertanggungjawabkan saat wawancara.
“Sekali kalian menjawab tidak sesuai dengan yang ditulis, mereka pasti tahu. Hal itu akan menjadi pertanyaan baru bagi mereka,” kata Shintia.
Khususnya saat wawancara beasiswa ke luar negeri, Shintia mengingatkan agar pendaftar memiliki sikap yang inklusif dan terbuka terhadap perbedaan.
“Mereka akan tahu kita orang yang adaptif atau tidak, terlihat dari cara kita menjawab pertanyaan. Jadi, mulai dari sekarang harus terbiasa dengan perbedaan,” pungkasnya.