TopCareer.id – Perusahaan teknologi Yandex memperkenalkan jaringan saraf tiruan (neural network) open-source, untuk mempercepat pembersihan limbah di tepi pantai kawasan terpencil.
Teknologi ini dikembangkan oleh Yandex B2B Tech, Yandex School of Data Analysis, dan Far Eastern Federal University (FEFU).
Teknologi ini sudah digunakan di kawasan terpencil pada wilayah Cagar Alam Federal Kamchatka Selatan, Rusia Timur dan sedang diuji coba di kawasan Arktik dan sejumlah wilayah lain.
Solusi AI open source ini pun diharapkan bisa membantu berbagai pihak seperti lembaga lingkungan dan sukarelawan, untuk mempercepat proses pengangkutan limbah padat, termasuk plastik, di zona ekologi yang dianggap sensitif di seluruh dunia.
Mengutip siaran pers, Kamis (18/6/2025), dalam proses uji coba di cagar alam Kamchatka, neural network menemukan 33 sampai 39 persen limbah di pesisir terdiri dari kontainer dan kemasan plastik, serta 27 hingga 29 persen berasal dari industri perikanan.
Dengan metode ini, tim relawan berhasil membersihkan lima ton sampah, empat kali lebih cepat daripada metode tradisional, memobilisasi jumlah relawan yang optimal, dan menentukan peralatan yang tepat untuk mengangkut sampah yang terkumpul.
Baca Juga: Bukan Soal Pekerjaan, Bos DeepMind Google Lebih Cemas Dampak AI yang Satu Ini
Pengembangan proyek open-source neural network oleh Yandex dan FEFU di tahun 2025 juga mencakup pemantauan di seluruh taman nasional di kawasan Timur Jauh Rusia dan Arktik.
Kedua wilayah itu dinilai memiliki banyak medan menantang yang mempersulit upaya pengelolaan limbah.
Yandex menyebut, dengan mendesaknya isu polusi ini, teknologi neural network bisa dikembangkan dan diimplementasikan lebih lanjut oleh tim sukarelawan lokal dan lembaga pemerintah, baik di Indonesia maupun negara-negara lain.
Sehingga, pemantauan dan pembersihan limbah yang dilakukan di wilayah pesisir dan tepi sungai menjadi lebih efektif.
Indonesia sendiri masih memiliki masalah terkait limbah plastik yang berakhir di tepi pantai, di mana sampah-sampah ini bisa dikumpulkan dan diangkut.
Namun, garis pantai Indonesia yang mencapai 54.716 kilometer persegi menjadikannya lebih sulit untuk dijaga kebersihannya, terutama di daerah-daerah terpencil yang susah dijangkau.
Tidak hanya untuk upaya pembersihan, tetapi juga untuk asesmen polusi dan menentukan sumber daya penting yang dibutuhkan untuk pengangkutan limbah.
Baca Juga: Kerap Jadi Tempat Curhat, Bisakah AI Gantikan Psikolog?
Dengan fitur machine learning, deteksi dan analisis bisa dilakukan secara otomatis oleh neural network yang dikembangkan para peneliti Yandex dan FEFU.
Mereka juga mengklaim, proses asesmen polusi berhasil disederhanakan, sekaligus memberikan alternatif yang lebih cepat dan hemat biaya jika dibandingkan metode pengkajian sebelumnya.
Solusi AI berbasis computer vision memanfaatkan segmentasi gambar semantik untuk mengidentifikasi jenis limbah padat seperti plastik, kayu, beton, dan logam dengan akurasi diklaim lebih dari 80 persen.
Neural network yang digunakan mampu memetakan lokasi, mengestimasi volume dan bobot limbah, serta menghitung kebutuhan tenaga kerja dan alat, termasuk truk dan kendaraan medan berat.
Sistem ini dapat diintegrasikan dengan software pemetaan seperti QGIS dan tersedia secara open source di GitHub, memungkinkan organisasi lingkungan dan relawan untuk mengadaptasinya secara gratis.