TopCareerID

Bukan Cuma Pembangunan, Masa Depan Jakarta Juga Tergantung Tata Kota

Ilustrasi Jakarta. (Gambar oleh Abd Katon dari Pixabay)

TopCareer.id – Pesatnya pembangunan Jakarta yang sudah berusia 489 tahun, sayangnya tidak diimbangi dengan tata kota yang baik.

Alyas Widita, Assistant Professor and Course Coordinator, Urban Design, Monash University, Indonesia menilai, hal ini juga menimbulkan isu-isu seperti banjir, tingginya konsumsi energi, hingga gangguan kesehatan mental.

Menurut Widita, Jakarta sangat rentan terhadap perubahan iklim, sehingga butuh perancangan kota yang lebih berorientasi pada publik dan keberlanjutan.

“Dari waktu ke waktu, Jakarta terus mengalami banjir akibat sistem drainase yang belum optimal,” kata peraih gelar doktor di bidang City and Regional Planning dari Amerika Serikat ini, mengutip siaran pers, Kamis (3/7/2025).

Selain itu, masih banyak pembangunan gedung tinggi yang tidak memenuhi sertifikasi bangunan hijau, sehingga konsumsi energi terus meningkat.

Baca Juga: 5 Taman di Jakarta Buka 24 Jam, Ada di Jakpus dan Jaksel

Masalah lainnya adalah kurangnya ruang terbuka hijau di tengah kepadatan penduduk, yang berdampak pada kesehatan mental masyarakat.

“Maka dari itu, dalam merancang ulang tata kota Jakarta, perlu ada peningkatan sistem drainase, efisiensi energi pada bangunan, dan penambahan taman-taman kota,” kata Widita.

Menurutnya, masa depan kota Jakarta tidak hanya bergantung pada apa yang dibangun, tapi juga bagaimana mempertimbangkan seluruh aspek seperti ruang, iklim, dan manusia.

Widita pun menunjukkan bagaimana desain perkotaan dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan kota besar seperti Jakarta.

Salah satu fokus penelitiannya adalah Transit-Oriented Development (TOD), yang mengungkap bahwa penambahan 1.000 lapangan kerja di zona TOD mampu meningkatkan sekitar 300 pengguna angkutan umum pada hari kerja.

Baca Juga: ASN Jakarta Wajib Naik Transportasi Umum Tiap Rabu, Ini Aturannya

Temuan ini menegaskan pentingnya perencanaan TOD yang terintegrasi sebagai strategi untuk menciptakan kota yang lebih berkelanjutan.

Dalam penelitian lainnya, Widita dan tim menemukan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta berhasil mengurangi kemacetan hingga 34 persen. Hasil ini memperlihatkan dampak signifikan dari infrastruktur transportasi.

Hal ini juga menyoroti peningkatan kebutuhan akan perancang tata kota yang terampil, khususnya karena populasi perkotaan dunia akan meningkat hingga dua kali lipat di 2050.

Widita pun mendorong anak-anak muda Indonesia untuk ikut andil dalam membangun wilayah perkotaan di seluruh negeri.

Adapun, Monash University, Indonesia, menghadirkan Fakultas Urban Design, dengan tujuan menghadirkan para talenta yang siap menciptakan rancangan kota yang mampu meningkatkan kualitas hidup.

Exit mobile version