TopCareer.id – Sebuah laporan baru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa pekerjaan perempuan lebih rentan tergeser oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), dibandingkan pria.
Studi yang dilakukan International Labour Organisation dan National Research Institute of the Ministry of Digital Affairs Polandia menemukan, otomatisasi AI bisa menggantikan hampir 10 persen pekerjaan yang didominasi perempuan di negara-negara berpenghasilan tinggi.
Angkanya 3,5 persen lebih tinggi dibandingkan posisi yang biasa dipegang oleh pria.
Kesenjangan terbesar pada pekerjaan yang didominasi pria dan wanita terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi. 41 persen dari pekerjaan berpenghasilan tinggi untuk perempuan bisa terpapar AI, dibandingkan dengan 28 persen pekerjaan pria.
Sementara di Eropa dan Asia Tengah, 39 persen pekerjaan perempuan rentan terdampak, lebih tinggi daripada pria di 26 persen.
Dilansir Euronews, Rabu (9/7/2025), pola yang ditemukan oleh penelitian ini “mencerminkan kedua struktur pekerjaan” dan pekerjaan yang terpapar AI “terkonsentrasi di negara-negara berpendapatan tinggi.”
Secara keseluruhan, ILO menemukan satu dari empat pekerja di seluruh dunia bekerja pada profesi yang terpapar AI.
Baca Juga: Wamenaker: Perempuan Punya Peran Strategis Buat Hadapi Disrupsi AI
Penelitian ini melibatkan 1.640 responden dari Polandia yang bekerja di berbagai bidang. Hasil survei dianalisis oleh tim peneliti internasional, yang kemudian mengembangkan sistem AI untuk memetakan kemungkinan otomatisasi terhadap 2.500 jenis pekerjaan dan lebih dari 29.000 tugas kerja berdasarkan data nasional.
Penelitian ini menemukan bahwa pekerjaan di bidang administrasi paling berisiko digantikan oleh AI. Contohnya adalah petugas entri data, juru ketik, operator pengolah kata, akuntan, dan staf pembukuan.
Hal ini disebabkan karena banyak tugas dalam profesi tersebut seperti mencatat hasil rapat atau mengatur jadwal, bisa dilakukan oleh teknologi AI
Profesi lain yang ditemukan terdampak AI secara signifikan adalah pengembang web dan media, database specialist, finansial, dan profesi terkait software.
Baca Juga: 10 Negara Terbaik Untuk Perempuan Bekerja, Swedia Posisi Pertama
Studi tersebut mencatat bahwa angka-angka ini mencerminkan “potensi paparan”, tetapi tidak mencerminkan hilangnya pekerjaan yang sebenarnya.
Menurut studi itu, penggantian penuh oleh AI masih “terbatas” dan peran manusia masih dibutuhkan untuk mengawasi tugas-tugas tertentu.
“Karena sebagian besar pekerjaan terdiri dari tugas-tugas yang membutuhkan masukan manusia, transformasi pekerjaan merupakan dampak yang paling mungkin dari AI generatif,” tulis laporan itu.
Ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi jumlah pekerjaan yang hilang atau adopsi AI secara lebih luas yaitu kendala teknologi, kesenjangan infrastruktur, dan kurangnya keterampilan.
Riset ini pun meminta pemerintah, karyawan, dan organisasi pekerja untuk membentuk “strategi inklusif” yang bisa membantu melindungi kualitas dan produktivitas, pada pekerjaan di bidang-bidang yang terancam.
“Sangat mudah tersesat dalam gembar-gembor AI,” ujar Janine Berg, ekonom senior di ILO, dalam sebuah pernyataan. “Yang kita butuhkan adalah kejelasan dan konteks”.