Find Us on Facebook

Subscribe to Our Channel

https://www.youtube.com/@topcareertv1083

Tren

Lonjakan Adopsi AI Generatif Tantang Keamanan Siber Perusahaan

Ilustrasi Kementerian Kominfo siapkan berbagai pelatihan terkait AI bagi kaum perempuan - artificial intelligence (AI).Ilustrasi risiko AI (Pexels)

TopCareer.id – Makin banyaknya perusahaan yang mengadopsi tools berbasis kecerdasan buatan, membuat lonjakan lalu lintas AI generatif atau GenAI.

Menurut State of Generative AI 2025 yang dirilis Palo Alto Networks, di 2024 terdapat lonjakan lalu lintas AI generatif yang mengejutkan sebesar 890 persen.

Namun di satu sisi, adopsi AI generatif ini juga memunculkan tantangan baru bagi perusahaan di Asia Pasifik dan Jepang.

Dilansir siaran pers, Rabu (16/7/2025), berbagai dengan cepat merangkul GenAI untuk berbagai penggunaan mulai dari asisten penulisan dan platform coding, hingga customer support dan alat pencarian.

Namun, adopsi yang meluas ini melampaui kemampuan banyak organisasi untuk menerapkan kontrol keamanan yang tepat.

Rata-rata, organisasi sekarang mengelola 66 aplikasi GenAI di lingkungan mereka, dengan 10 persen diklasifikasikan berisiko tinggi.

Kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, dilaporkan mengalami percepatan pesat dalam adopsi AI dan GenAI. McKinsey pada 2024 melaporkan, adopsi GenAI di Asia Pasifik meningkat hampir dua kali lipat dalam waktu kurang dari satu tahun.

Laporan tersebut mencatat, 65 persen organisasi di Asia Pasifik saat ini menggunakannya setidaknya dalam satu departemen.

Baca Juga: Bisa Jadi Teman Diskusi, AI Lebih Diandalkan Ketimbang Rekan Kerja?

Sementara di Indonesia, laporan Oliver Wyman menyebut, 50 persen karyawan memakai GenAI setiap pekannya. 21 persen menggunakannya setiap hari, dengan tujuan utama untuk membuat konten, customer service, dan tugas-tugas penelitian.

Pemerintah sendiri telah menetapkan target yang ambisius, di mana AI diharapkan dapat berkontribusi sebesar USD 366 miliar (sekitar Rp 5.939 triliun) terhadap PDB nasional pada tahun 2030.

Peta Jalan AI Nasional yang akan segera dirilis Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) pun dinilai berperan penting dalam memastikan pengembangan tata kelola AI yang etis, aman, dan inklusif.

Tonggak sejarah ini menekankan pentingnya penyusunan framework regulasi adaptif yang selaras dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan lokal, sekaligus menjaga kepercayaan publik di tengah transformasi digital Indonesia.

Baca Juga: AI Dorong Penjualan Brand, Tapi Hati Konsumen Masih Butuh Sentuhan Manusia

“Adopsi AI menawarkan peluang transformatif di seluruh sektor komersial dan pemerintah di kawasan ini,” kata Tom Scully, Director and Principal Architect for Government and Critical Industries, Asia Pacific & Japan, Palo Alto Networks.

Namun, kata Scully, laporan mereka juga melihat adanya attack surface yang berkembang, terutama dengan penggunaan aplikasi GenAI yang berisiko tinggi di sektor infrastruktur penting.

“Organisasi harus menyeimbangkan inovasi dengan tata kelola yang kuat, mengadopsi arsitektur keamanan yang memperhitungkan risiko-risiko unik dari AI,” kata Scully.

Ia pun menyebut, model AI agentik menimbulkan beberapa tantangan mulai dari shadow AI, kebocoran data, hingga ancaman yang lebih kompleks. Karena itu, pengawasan proaktif dan kontrol keamanan yang adaptif sangatlah penting.

“Untuk memastikan bahwa manfaat AI dapat direalisasikan sepenuhnya tanpa mengorbankan keamanan nasional, kepercayaan publik, atau integritas operasional,” pungkas Scully.

Leave a Reply